Thursday, September 29, 2011

Namanya Dina


Karya : Kharimatul Fadilah         

Suaranya kecil dan agak serak. Itulah Dina, anak pertama dari tiga bersaudara itu semenjak kecil telah ditinggal ibunya. Ibunya meninggal setelah melahirkan adiknya.
Umurnya sekarang 14 tahun, Dina adalah sahabat terbaikku, ia anaknya sangat baik, tidak membedakan teman dan suka membantu teman.
            Badannya yang kecil akan berkilat jika terkena cahaya matahari dan tak pernah merasa badannya kecil. Dina sebagai kakak dari adik-adiknya harus merawat mereka, karena ayahnya tidak memperdulikan mereka lagi. Setiap hari sepulang sekolah Dina harus bekerja untuk mendapatkan uang agar bisa memberi makan kedua adiknya. Aku sangat salut kepadanya, karena ia tak pernah mengeluh tentang penderitaannya.
            Dina anaknya sangat pintar dan rajin. Walaupun ia banyak yang menyukai, tapi ada juga teman yang tidak suka kepadanya.
Sampai suatu hari sepulang sekolah, saat Dina dan aku tengah berjalan untuk pulang kerumah, tiba-tiba kami dihadang oleh gengnya Nadia. Nadia itu anak yang suka mengganggu kami. Ia kesal karena ia merasa tersaingi oleh Dina. Sebenarnya Dina tidak mau menyaingi Nadia tapi Nadianya aja yang tidak mau kalau Dina lebih tinggi darinya.
            Nadia mendorong Dina sampai jatuh, akibatnya tangan dan kakinya mengalami luka-luka, walaupun begitu Dina tak pernah dendam pada Nadia. Dalam hatiku berkata “ Ya Allah beri Dina kesabaran dan kekuatan.” Setelah kami pulang dan aku ikut pulang kerumahnya.
            Sampai dirumah Dina terdengar suara seorang anak menangis, ternyata itu suara tangisan adiknya Dina. Aku menghampiri mereka.
            “ Kenapa kamu menangis dik?” kataku
            “ Aku lapar kak!” kata adik Dina
            “ Emangnya kamu belum makan ya?” kataku
            “ Belum kak.” kata adiknya Dina
Hatiku terasa teriris-iris melihat mereka. Karena selama ini aku tidak mensyukuri nikmat yang diberikan Allah kepadaku karena hidupku sudah berkecukupan, aku mengajak adiknya Dina untuk kerumah dan mereka bisa makan dirumahku.
            “ Dik, yuk kita kerumah kakak!” kataku
            “ Nggak usah.” kata Dina
            “ Nggak apa-apa, apa kamu tidak kasihan pada adik-adikmu?” kataku
Aku dan Dina menuju rumahku. Sesampai dirumah aku dan adik-adiknya Dina makan bersama, rasanya senang bisa membantu mereka. Setelah makan aku ikut Dina bekerja, aku ingin melihat dimana dan apa pekerjaan Dina selama ini. Setelah cukup jauh kita berjalan Dina berhenti di sebuah warung di pinggir jalan. Ternyata selama ini ia bekerja di warung sebagai tukang cuci piring. Aku sedih dan ingin meneteskan air mata, atapi aku tidak boleh kelihatan sedih. Dina diupah dua puluh ribu setiap hari, ia tak pernah cerita kalau selama ini bekerja sebagai tukang cuci piring.
Sebagai seorang sahabat aku juga prihatin dengan keadaan Dina.
            Dina pernah bercerita kepadaku kalau ia ingin mempunyai keluarga yang bahagia, keluarga yang sangat sayang kepadanya.
Dina sangat suka belajar, baik membaca dan menggambar, tapi proses belajar Dina harus terhambat dengan aktivitasnya yang padat.
            Pukul 23.00, tiba-tiba dirumahku ada orang mengetuk pintu, ternyata Dina. Ia kerumah untuk meminta tolong karena adiknya sakit panas. Ia cemas dengan keadaan adiknya. Ia ingin membawa adiknya k dokter, tapi ia tak punya uang, ia menangis saat melihat keadaan adiknya yang sedang terbaring sakit. Melihat Dina aku juga meneteskan air mata.
            “ Sabar ya Din!” kataku
            “ Terima kasih, kamu selalu ada disaat aku membutuhkanmu!” kata Dina
            “ Ya sama-sama, itulah gunanya sahabat Din!” kataku.
Aku lari menuju kerumah untuk meminjam uang kepada ayahku agar adiknya Dina bisa dibawa ke dokter. Setelah Dina membawa adiknya kedokter, keadaan adiknya semakin membaik.
Walaupun keadaan adiknya Dina semakin membaik tapi Dina tetap aja sedih. karena disaat adiknya sakit malah ayah Dina tidak pulang.
            Keesokan harinya keadaan adiknya sudah membaik. Pada pukul 06.00 ayah Dina pulang. Dina mencoba bicara ke ayahnya tapi ayahnya malah marah. Kesedihan Dina semakin bertambah ketika mengetahui kalau ayahnya akan menikah lagi. Dina sebenarnya tidak setuju kalau ayahnya menikah karena Dina tidak mau punya ibu tiri, tapi Dina tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah ayahnya itu.
            Dua minggu kemudian ayah Dina menikah. Dina mempunyai ibu tiri, tapi ibu tiri Dina sangat jahat. Setiap hari Dina selalu dipukuli dan dicaci maki, tapi ia tetap tegar menghadapi cobaan ini demi kedua adiknya.
Walaupun sudah punya ibu tiri tapi penderitaannya Dina masih tetap, ia harus bekerja kalau tidak kedua adiknya tidak bisa makan, karena ibu tirinya itu sangat pelit.
            Saat ia main di rumahku, ia melihat foto keluargaku yamh ada diruang tamu. Dina tidak bisa menahan air matanya.
            “ Seandainya saja ibuku masih hidup, pasti sekarang aku bahagia.” kata Dina
Mendengar Dina berkata seperti itu aku sedih. Aku bersyukur keluargaku selalu menyayangiku.
Lalu terdengar suara orang memanggil nama Dina.
            “ Dina......Dina........” ternyata ibunya memanggilnya. Ia disuruh pulang, dalam perjalanan pulang Dina dimarah-marahi tapi Dina tetap diam.
            Suatu hari ayah Dina mengalami kecelakaan. Ayahnya ditabrak sepeda motor dan langsung dilarikan kerumah sakit. Untung luka yang dialami ayah Dina tidak terlalu parah.
            Saat ayah Dina sakit malah ibu tiri dina meninggalkan rumah, Dina harus merawat ayahnya yang sedang sakit. Setelah kejadian kecelakaan itu ayah Dina berubah.
Ayahnya tidak lagi mabuk-mabukan, tidak lagi pulang malam.
            Dengan keadaan keluarga Dina yang makin membaik, ia tidak lagi bekerja karena ayahnya sudah bekerja.
Jadi sekarang Dina sudah bisa belajar dengan tenang tanpa ada beban lagi.
Aku senang karena keinginan Dina untuk mempunyai keluarga yang bahagia, dan sekarang Nadia sudah tidak pernah mengganggu Dina dan aku lagi.

BIODATA


NAMA            : KHARIMATUL FADILAH
TTL                 : MOJOKERTO, 14 SEPTEMBER 1997
ALAMAT       : DSN. PENANGGUNGAN, DS. PENANGGUNGAN
                          KEC. TRAWAS, KAB. MOJOKERTO
MOTTO          : JANGAN MENYERAH, TETAP SEMANGAT
 


No comments:

Post a Comment

Tutorial Pengelolaan Google Classroom