Di saat aku masih di dalam kandungan aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku
hanya mengandalkan ibu. Begitu pula aku
lahir, aku juga belum tau apa-apa. Ibuku setiap hari menyusuiku dan
mengendongku. Biarpun malam aku menangis ibu tak pernah mengelu. Walaupun aku
ingin biacara, tapi aku sulit mengungkapkannya. Disaat aku berumur 16 bulan
barulan aku bisa berbicara dan berjalan tapi belum jelas. Setelah aku bisa
berbicara dan berjalan aku mulai nakal. Karena aku sudah tahu uang dan uang itu
untuk membeli, disat itu aku juga sudah bisa bermain, bercanda, bertengkar
dengan teman di sekelilingku.
Setelah aku sudah berumur 6 tahun aku mulai bersekolah SD. Di sekolah aku
bermain dan belajar bersama dengan teman-temanku, teman-temanku sangat akrab
tidak memilih satu sama lain. Waktu aku sudah kelas lima SD aku
diajak guru-guruku dan kakak pembina pramukaku “berkemah”.
Di waktu itu aku diajari bermain “Api Unggun” dan permainan lainnya.
Setelah aku naik ke kelas 6 aku harus belajar dengan sungguh-sunguh. Karena
aku sedang menghadapi ujian semester, setelah ujian semester aku menghadapi try
out, setelah try out aku harus belajar lebih giat untuk “Ujian Akhir Sekolah”
karena ujian itu untuk penentuan kelulusan. Setelah selesai “Ujian Akhir
Sekolah” aku mendapatkan surat dan surat itu adalah surat
tanda lulus atau tidak. Waktu aku buka surat
itu aku senang sekali karena aku “Lulus”.
Sehabis itu aku daftar ke SMP ternyata aku masuk di SMP 2 Trawas. Waktu
itu aku belum punya teman aku hanya berteman dengan teman SD aku yang lama. Aku
berangkat sekolah naik sepeda bersama temanku. Setelah aku bersekolah dan
memasuki masa MOS “Masa Orientasi Siswa” barulah aku mendapatkan teman baru.
Dan di kelas 7 aku berada di kelas 7A. disitu aku duduk bersama Dian, Arsita.
Disitu aku selalu usil. Tapi aku dan Dian selalu bersama. Di kelas 7 aku adalah
anak yang pendiam.
Menjelang kelas 8 aku harus belajar lebih giat karena aku menghadapi
“Ujian Semester Genap” setelah itu orang tuaku mengambil rapot dan ternyata
nilai lumayan bagus.
Setelah aku naik kelas 8 aku berada di kelas 8-B. waktu itu aku duduk
sama Dea, disitulah aku belum mengenal teman-temanku yang lainnya. Lama
kelamaan aku sudah akrab dengan teman-temanku bercanda, bermain, bergurau,
sedih dan senang. Itulah yang kuhadapi bersama temanku.
Menginjak semester II kelasku diacak lagi menurut nilai raport. Saat itu
aku sangat sedih sekali karena aku pisah sama Dea. Dea masuk kelas VIII-D dan
aku tetap berada di kelas VIII-B. waktu aku di kelas VIII-B. aku duduk bersama
“ELI”. Dan di depan mejaku adalah bangku Rizka dan Kris. Tiga temanku itu
adalah teman baikku yang selalu bersama-sama.
Waktu istirahat aku bersama 4 temanku yaitu “Dian, Kris, Eli, Ana. Ke 4
temanku itu bercerita, bercanda, bersama-sama.
Tiba-tiba ada salah satu temanku yang datang dan dia bertanya.
“Lapo rek onok kene?” tanya temanku Riri”
“Gak lapo-lapo?” kataku dan teman-temanku.
Setelah itu bel masuk sudah berbunyi aku dan teman-temanku memasuki kelas
masing-masing. Aku bergabung lagi dengan 3 temanku tadi. Belajar dan bercanda
bareng.
Setelah menginjak kelas IX, aku menghadapi “Ujian Semester Genap”.
Kelasku dipindah lagi kayak dulu, aku kembali duduk sama Dea. Di hati kecilku
aku sangat senang.
Di kelas IX aku masuk di kelas IX-A dan di Kelas IX-A aku duduk dengan
“Susi” teman sebangku. Dia sangat pandai dan sangat baik. Di kelas IX aku
berteman dengan Iif, Dea dan Dian.
Selain itu di rumah aku mempunyai 4 sahabat sejati, yaitu Tyas, Kris dan
Eva. Kemana-mana aku selalu bersama.
Setiap hari aku mengaji bersama di TPQ, tapi setiap hari aku bertanya
dengan temanku
“Hai Plendz, nanti ngaji ta?” tanyaku
“Eow lha” jawab temanku (Tyas)
Setelah itu menjelang maghrib aku berangkat ke rumah Tyas. Disitu aku
ngumpul bersama. Setelah terdengar adzan maghrib aku bergegas berangkat mengaji
dengan teman-temanku.
Sesampai di TPQ aku melakukan sholat maghrib dengan teman-temanku. Disitu
barulah aku mengaji bersama teman-temanku.
Tapi setiap hari ustadku marah karena anak laki-laki tidak mau
mendengarkan atau bergurau sendiri. Setelah selesai mengaji sambil menunggu
sholat Isya’ aku bercerita bersama temanku setelah selesai sholat Isya’ aku
pulang dengan teman-temanku.
Selain di sekolah dan di TPQ di rumah aku juga mempunyai pengalaman
tentang orang tuaku.
Setiap hari aku dimarahi oleh ibuku karena waktu aku disuruh ibuku aku
selalu menolak.
Ibuku beribacara……..
“Ayo…. Cepat menyapu”. Katanya
Dan aku selalu membantah
“Nanti dulu” kataku
Setelah itu ibuku marah dan aku tetap membantahnya.
Tapi di hati kecilku berkata apa yang dikatakan ibu itu benar dan kita
tidak harus membantah.
Di hatiku rasanya ingin menangis
“kenapa ya… aku tadi membantah ibuku” padahal kedua orang tuaku adalah
orang yang sangat mulia di mataku. Karena dia sudah membesarkanku dari kecil
sampai sekarang.
Dia bekerja keras demi mebesarkanku tanpa lelah yang ia rasakan demi
membiayai sekolahku, tapi jika ayahku menyuruhku untuk belajar aku selalu
menghiraukannya.
Tapi…. Kupikir-pikir apa yang dikatakan ayahku itu benar karena belajar
adalah DEMI MASA DEPAN KITA SENDIRI.
Ketika aku tidur atau bermimpi bisa membahagiakan kedua orang tuaku dan
menjadi orang yang sukses.
Aku tidak akan pernah menyerah aku akan berusaha agar mimpiku bisa
tercapai
Bioadata Lengkap
Nama : Elisa Andriani Dosyana
TTL : Mojokerto, 16 Desember 1997
Alamat : Ds. Sukosari, Dsn. Sukosari,
Kec.
Trawas, Kab. Mojokerto
Kelas : IX A
Sekolah : SMPN 2 Trawas
Motto : Usaha dan Doa adalah kunci keberhasilan
No comments:
Post a Comment