Di pagi yang cerah,
seperti biasa aku menyiapkan buku-bukuku untuk sekolah.
Ketika
sudah selesai dan segalanya sudah ku siapkan, aku segera memakai sepatu hitamku
yang ku taruh di rak sepatu
“Ekh…….susah
banget sih…..!!!! akhirnya kakiku masuk juga,” keluhku. Ukuran sepatuku memang
agak kecil. Coz sudah lama kau belum beli sepatu lagi. “Coz sepatuku yang ini
masih bagus sih…!”. Kataku sambil tersenyum kecil.
Setelah
semuanya sudah siap aku pun berangkat sekolah di SMPN 2 TRAWAS.
Sampai
di sekolah aku ketemu sama Fitri, dia adalah teman sekelas aku dari kelas 7,
tapi kelas 7 dulu kita belum terlalu akrab. Aku baru akrab sama Fitri waktu
kenaikan kelas 8, aku sama dia ternyata satu kelas lagi.
Aku
senang bisa kenal fitri coz dia anaknya tu baik dan pinter.
“Hai
Fit……sekarang ada PR nggak?”, tanyaku sambil tersenyum, coz aku tadi malam
nggak belajar, “nggak ada kok,” ucap Fitri. “ke kelas yuk…? Udah mau belt u,”
lanjutnya teng….teng…teng….” belum selesai ngomong udah bel beneran,” gerutuhku.
Hari
ini adalah pelajaran yang paling aku benci itu adalah matematika, aku nggak
suka karena aku nggak pernah ngerti apa itu Aljabar atau apakah itu, yang
penting aku nggak pernah suka sama pelajaran ini.
Beberapa
jam kemudian dan bel pulang pun berbunyi. “teng… teng……” sampainya di rumah,
aku ketemu sama sahabat kecilku, namanya Susi dan Rizky, kita jarang ketemu
karena kita dah nggak satu sekolah lagi, mereka berdua sekolah di MTs DARUL
HUDA.
Dulu
kita bertiga satu sekolah, sekarang dah nggak lagi, kita dulu nggak bisa
dipisahkan udah kayak surat sama prangkonya. Kita juga nggak pernah kenal waktu
kalau udah main bersama.
Setelah
kelulusan kelas 6, kukira dulu aku bakalan tetap sekolah di situ, ternyat
nggak. Aku daftar di sekolah Negeri di Trawas, aku daftar di SMPN 2 Trawas.
Saat
itu ak nggak kenal siapa-siapa cuma satu orang yang aku kenal namanya Sari.
Dulu kita sering berangkat bareng waktu msa orientasi tapi setelah masa
orientasi selesai aku sama Sari nggak berangkat bareng lagi. Kita diantar orang
tua kita sendiri-sendiri.
Waktu
aku ketemu Rizky sama Susi, ku mencoba buat nyapa mereka walau sebenarnya kita
nggak seakrab dulu lagi, “Hai… mau berangkat….ya?” Tanya aku. “iya ..” jawab
Susi. Tumben kok pulang jam segini”? Tanya Rizky. “iya guru-guru tadi ada
rapat, jadi pulangnya agak dipercepat, “ jawabku.
Setelah
kita bicara, mereka pun melanjutkan perjalanannya untuk pergi sekolah, dan
mereka pun berlalu dari hadapanku.
Sampai
di rumah aku langsung sholat Dhuhur Karena jam tanganku sudah menunjukkan jam
12.30.
Malam
pun tiba, seperti baiasanya aku belajar setelah sholat Maghrib. Tiba-tiba
terdengar suara dari luar kamarku ternyata Susi “Yu….Ayu…..” pangilnya, akupun
keluar kamar. “ada apa Sus?” tanyaku, belajar bareng yuk?” ajaknya ayo, kebetulan
ini aku lagi belajar.” Jawabku. “ masuk yuk“, lanjutku “iya” ucapnya.
Setelah
belajar Susi langsung pamit pulang. Coz udah malam, “yu, aku pulang dulu ya,
udah malam ni……’ katanya, “Iya Sus,” jawabku
Pagi
ini seperti biasa sebelum aku berangkat sekolah, aku menyiapkan buku-bukuku
untuk peljaran nanti di sekolah. Sampai di sekolah aku selalu nunggu Fitri
kalau fitri belum sampai di sekolah, kalau nggak ada Fitri kayak nggak bakalan
seru kalau di sekolah. Aku suka sama Fitri kalau dia bisa diajak bercanda tapi
kalau lagi marah, aku nggak berani buat ganggu dia, takutnya entar dia tambah
marah sama aku.
2
tahun yang lalu, aku pernah ditampar Ayahku, waktu itu aku masih kelas 7. Aku
ditampar Ayah karena uang yang ada dicelenganku aku mabil dikit demi sedikit,
sampai akhirnya uang celenganku habis. Uang itu aku pakai buat beli jajan, aku
nggak pernah cukup sam uang sakuku, aku selalu kurang sama apa yang telah aku
punya. Padahal uang sakuku Rp. 5000. Bagiku itu belum cukup tapi bagi
mereka-mereka yang kurang mampu itu sudah cukup.
Setelah
kejadian itu aku sudah nggak berani lagi buat ambil uang yang ada di
celengganku, dan aku mencoba untuk mensyukuri apa yang telah aku punya. Aku
juga sudah janji sama Ayah ngggak bakalan ku ulangi kejadian itu.
Hari
ini aku punya masalah sama Rizky, tapiku nggak tahu apa masalahnya, coz dia
ketemu sama aku udah nggak nyapa lagi. Dia sudah berubah nggak kayak dulu lagi.
Rizky juga jarang senyum sama aku, kalau lagi butuh aja dia nyapa or senyum sama
aku, dia dating ke aku ya tak maklumilah namanya juga teman kalau lagi butuh ya
nyari’in kalau nggak ya dibuang dech… kayak sampah aja. Gerutuhku.
Sore
itu aku minta tolong sama Susi untuk memberikan puisi buatanku ini ke Rizky,
agar Rizky bisa sadar apa arti persahabatan itu. Susi pun pergi ke rumah Rizky
buat ngasih puisi buatanku itu.
“Ky…..Rizky.”
panggil Susi
“Apa
Sus?” jawab Rizky,
“Nih
ada puisi buat kamu,” kata Susi
“Dari
siapa Sus?” Tanya Rizky, dari Ayu, Ky…
Rizky
pun membaca puisi itu
Aku bagai laut
Tak
bertepi dan tak berkarang
Aku
bagai bintang
Yang
tak ditemani malam
Melihat
dirimu ada senyum, canda, dan tawa
Yang
membuat aku tak ingin pergi darimu
Teringat
janji lamamu kepadaku
Teringat
aku teringat
Teringat
saat kau masih ada di sini
Temani
aku sepanjang hari
Bila kau pergi jauh
Ingatlah aku
Bila ku di sampingmu
Peluk tubuhku
Bila kau rindu aku
Panggil namaku
Ku dating menemuimu
Karena hanya dirimu pelengkapku di
dunia
By
: Ayu
Setelah Rizky membaca puisi itu, dia
langsung berlasi sambil nangis, dia lari menuju rumahku. Sampai di rumah dia
langsung memeluk tubuhku, dan meminta maaf, karena dia sudah egois ingin
mementingkan dirinya sendiri.
Sahabat
takkan pernah terpisahkan walau jarak dan waktu akan memisahkan semuanya.
TAMAT!!!!!
Nama : Dia Ayu W
TTL : Mojokerto,
23 Oktober 1996
Alamat :
Dsn. Jampang Ds. Kesemen
Kec Ngoro Kab. Mojokerto
Motto : Menjadi orang yang sukses dan menjadi
orang yang berguna
No comments:
Post a Comment