Thursday, September 29, 2011

Kepedihan Hidupku


Oleh : Khusnul Robi'ah
Namaku Firna Ningtyas, aku sekarang duduk di kelas IX di SMP Negeri di Trawas. Aku baru masuk di kelas IX sekitar 2 bulan yang lalu. Aku anak pertama dari 3 bersaudara. Aku tinggal bersama ayah, adikm nenek, dan kakak. Adik perempuanku kini duduk di kelas 4 SD demikian adik laki-lakiku duduk di kelas 3 SD.
Ketika aku memandangi foto keluargaku, aku teringat dengan ibu yang telah melahirkan dan membesarkanku. Setiap kali aku melihat foto keluargaku aku tidak bisa menahan butiran air mata yang mengalir deras menuju pipi.
Aku teringat ketika ayah dan ibuku telah berpisah saat ayah dan ibuku masih bersama aku selalu bisa dimanja oleh mereka. Saat aku duduk di kelas 3 SD ayah dan ibuku sering bertengkar, hampir setiap hari ayah jarang pulang kerumah karena jika ayah pulang pasti ibu marah dan mereka bertengkar lagi.
Suatu malam ketika aku sedang tidur, aku mendengar suara yang keras dari arah dapur rumahku, seketika itu juga aku bangun dari tempat tidurku. Aku jalan dengan perlahan-lahan menuju arah dapur. Sesampai di dapur aku melihat ayah yang sedang bersandar di tembok dalam keadaan mabok, ternyata suara keras tersebut datang dari panci yang dilemparkan ibu kepada ayah.
Setelah aku sampai dapur aku menangis melihat ayah dan ibu bertengkar. Ibu pun memeluk aku dan menenangkan aku agar aku tidak menangis lagi. Ayah pun tidak sadar kalau bertengkar sama ibu. Akhirnya ibu membawa aku masuk ke kamar.
Ketika aku berada di dalam kamar ibu keluar lagi, aku mendengar suara nenek dari dalam kamar, nenek pun juga keluar dari kamar menuju dapur untuk menenangkan ayah dan ibu. Akhirnya, suasana dirumah yang semula bising kini telah reda.
Keesokan harinya ketika aku bangun tidur menuju ibu dan ayah tetapi ibu sudah ke dapur untuk memasak. Ayah pun mash tidur lelap dikamar.
Ketika aku masih duduk di kelas 5 SD aku semakin sedih, karena ibu menuntut ayahku untuk bercerai. Air mataku kian mengalir setiap waktudan sejak saat itu aku sudah tidak hidup bersama dengan ibu. Setiap hari aku menangis dan menangis. Ayah selalu mencoba menghiburku, terkadang aku di ajak jalan-jalan sama ayah dan juga adik perempuanku, karena adik laki-lakiku yang masih berusia 3 tahun ikut ibu pulang kerumah orang tua ibuku.
Suatu saat ketika hampir 2 minggu ayah dan ibu berpisah, aku merasa kangen dengan ibu dan adik yang laki-laki. Akhirnya aku bilang kepada nenek dan kakekku, nenek pun mengijinkan untuk menjenguk ibu dan adikku. Keesokannya aku dan adik perempuanku pergi kerumah nenek dari ibu di desa seloliman diantar kakak keponakanku.
Sesampai aku dirumah ibuku, ketika itu keluarga disana sedang berada dikebun, yag ada dirumah Cuma adiknya ibu yang perempuan seusiaku. Aku langsung mengajak kakakku tersebut untul menjemput keluargaku dikebun.
Ketika sampai di kebun aku lari dengan cepat menuju ibu dan adik, begitu pula adik perempuanku. Aku tidak bisa menahan rasa sedih bercampur senang, karena aku bisa bertemu dengan ibu dan adikku lagi. Aku pun juga melepaskan pelukan ibuku. Akupun juga menangis begitu pula ibu dan keluargaku. Ibu dan keluarga mengajak aku kembali kerumah, sampai dirumah aku senang sekali karena aku bisa melepaskan rasa kangenku kepada ibu. Aku pun bisa selalu bersama dengan ibu lagi, tetapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, karena aku harus sekolah. Sekitar 3 hari lamanya aku bisa melepas kerinduanku kepada ibu.
Saat aku kembali kerumah ayah aku merasa sedih sekali karena aku tidak bisa bertemu lagi dengan ibuku. Tapi aku juga harus melanjutkan sekolahki dan aku tidak mau berlarut dalam kesedihanku, karena aku ingin menjadi lebih baik dari orang tuaku, dan aku ingin membahagiakan orang tuaku. Aku sekarang tinggal bersama ayah, nenek, kakek, dan juga kedua adikku. Setiap hari aku membantu nenek dirumah dan ayah pun membantu kakek bekerja mencari nafkah untuk meghidupi keluarga kami.
Setiap hari rumah yang aku tempati ramai dengan asik-adikku. Ketika malam hari aku dan adikku berusaha untuk membuat nenek dan kakek tersenyum. Bagiku nenek dan kakek adalah orang tua kedua bagi kehidupanku dan adik-adikku. Mereka adalah orang yang paling baik, yang memberi kasih sayang kepada aku dan adik-adikku saat ibu dan ayahku sudah tidak bersama lagi.
Saat aku mulai masuk sekolah menengah pertama, aku mendapat berita jika ibuku pergi merantau bekerja untuk menghidupi adik-adiknya ibu, karena keluarga ibu bukan orang yang kaya tapi keluarga yang pas-pasan. Terkadang tetesan bening yang menempel di kedua belahan pipiku mengalir. Aku teringat dengan masa-masa lalu ketika ayah dan ibu belum berpisah. Kini aku sudah tidak bisa bertemu dengan ibu, karena jauh menjadi faktor penghalang untuk bisa bertemu dengan ibuku.
Aku tidak tega melihat adik-adikku yang masih kecil dan belum ngerti apa-apa sudah tidak bisa merasakan kasih sayang lagi dari seorang ibu. Setiap kali aku melihar adikku rasanya hatiku sangar terpukul dan air mataku ingin mengalir membasahi kedua pipiku.
Setelah ibu merantau selama 2 tahun. Akhirnya, ibu pun kembali pulang dan menemui aku dengan adikku dirumah. Aku dan adikku merasa bahagia sekali, karena bisa melepaskan kerinduan yang selama ini terpendam dalam benakku. Tapi sayang kebahagiaan itu hanyalah sesaat saja. 1 minggu setelah ibu pulang ibu kembali bekerja, aku pun merasa sedih lagi.
2 minggu setelah ibuku kembali bekerja aku masih merasakan kesedihan yang sangat dalam, tapi aku berusaha menghibur adikku. Aku tidak mau masa depanku dan masa depan adikku kacau gara-gara ditinggal merantau oleh ibuku. Setiap orang pasti merasa sedih dan terpukul saat orang yang kita sayang meninggalkan kita, apalagi, seorang ibu yang sudah melahirkan kita.
7 bulan sudah aku tak mendengar kabar dari ibuku sampai sekarang. Entah apa yang terjadi dengan ibuku aku pun tidak tahu. Setiap hari tetesan air mataku mengalir deras. Aku selalu berdo’a pada yang Maha Kuasa. Bagaimana caranya, aku dapat kabr dari ibuku dengan jarak yang sangat jauh. Aku susah untuk mencati kabar ibuku, tetapi aku akan tetap berusaha untuk mencari kabar dari ibuku.
Kini aku sudah duduk di kelas 2 SMP. Saat semester kedua, akhirnya aku bisa mengetahui kabar ibuku. Ada keponakanku yang bekerja di Jakarta. Tempat kerja keponakanku tidak jauh dari tempat kerja ibuku. Ketika keponakanku pulang dari kerja, dia menghampiriku kerumah.
Aku yang sedang duduk-duduk santai di depan rumah dengan keluargaku, keponakanku datang. “ Apa kabar adik-adikku “ sapa keponakanku. Aku menjawab dengan hati gembira. “ Kabar baik kak, kalau boleh tahu sejak kapan kakak pulang ?” tanyaku. “ Kakak pulang tadi malam, dik “. Jawab keponakanku. “ mari masuk kedalam kak” kataku. “ iya, dik “. Jawab keponakanku.
Kakak keponakanku pun masuk kedalam, aku membuatkan minuman didapur untuk kakak keponakanku. Setelah selesai aku ngobrol dengan keponakanku. “ Ibumu sekarang berada di Jakarta dik, dia bekerja, dan katanya dia akan pulang bulan depan rencananya “ kata keponakanku. “ iya kak, saya merasa senang kalau ibu bulan depan pulang “. Kataku. Setelah kita berbincang-bincang kurang lebih 3 jam. Akhirnya kakan ponakanku pamit pulang.
Hatiku merasa senang karena bulan depan ibuku pulang. Aku bisa merayakan Hari Raya Idul Fitri bersama-sama dengan ibu. Hari-hari yang aku jalani sekarang semakin berwarna. Setiap kali aku melakukan sesuatu aku merasa senang. Aku selalu menunggu datangny a ibu.
Hari Raya sudah kurang 5 hari lagi, tapi entah kenapa ibuku belum juga pulang. Aku selalu menunggu kedatangan ibuku, 3 hari lagi Hari Raya datang, dan yang aku tunggu-tunggu kedatangan ibuku. Akhirnya, ibu pun datang aku merasa senang sekali. Seketika itu KU memeluk erat ibuku. Aku tidak bisa menyembunyikan rasa kerinduanku kepada ibuku.
Hari Raya pun tiba, aku dan keluargaku saling bermaaf-maafan. Hari Raya saat ini semakin lengkap dengan hadirnya ibuku kembali. Aku merasa senang sekali di hari yang sangat bermakna bagi umat islam didunia, karena kita bisa saling memaafkan satu sama lain. Aku juga pergi kerumah keluarga ibuku bersama-sama dengan keluarga ayahku.
Hampir 1 tahun sudah ibuku tidak pulang lagi, 2 bulan lagi sudah Hari Raya lagi. Tapi aku belum mendapat kabar sama sekali dari ibuku. Tapi aku merasa sedih sekali, karena tetangga-tetanggaku yang bekerja di Jakarta mengatakan jika ibuju sedang hamil saat berada disana. Tetangga-tetanggaku mengatakan kalau ibuku hamil tetanggaku mengatakan kalau ibuku hamil sudah 8 bulanan. Yang paling menyedihkan adalah tetanggaku mengatakan jika ibuku hamil di luar nikah. Tetapi tetangga yang lain mengatakan bahwa ibuku dinikahi seseorang. Tapi kenapa ibu tidak memberitahu aku dan adik-adikku jika ibu menikah lagi.
Hati kian terpukul saat aku mendengar omongan-omongan para tetangga-tetanggaku. Setiap hari tetesan air mataku mengalir. Keluargaku mencoba buat menenangkan aku. Tapi aku tidak bisa tenang, karena aku malu dengan ejekan teman-temanku. Aku semakin merasa sedih, karena teman-temanku kini semakin membenci aku. Aku tidak kuat rasanya hidup dalam keterpurukan ini. Setiap malam dan setiap waktu aku berdo’a kepada Yang Maha Kuasa, untuk tetap menguatkan aku dalam menghadapi degala cobaan yang datang menimpa keluargaku.
Aku yakin bahwa Tuhan memiliki jalan yang beda untuk aku dan keluargaku. Setiap hari aku berdo’a dan menangis meratapi nasib yang menimpa diriku. Mungkin aku punya salah besar kepada Tuhanku sehingga Tuhan mengujiku dengan cobaan yang sangat berat ini.
Hari Raya tahun ini pun hampir datang, tapi entah kenapa sampai saat ini aku belum mendapat kabar dari ibuku. Ketika aku pergi kerumah ibuku, keluarga ibuku sudah tidak memperdulikan ibuku lagi.
Saat aku berada dirumah keluarga ibuku, nenek dari ibuku mengatakan jika beliau sudah tidak sudi untuk bertemu lagi dengan ibuku. Beliau juga mengatakan jika beliau meninggal nanti beliau sudah tidak mau disentuh ibuku lagi. Nenekku merasa sakit hati karena saat ibuku kembali bekerja, beliau tidak berpamitan dengan keluarga ibu. Dan ibuku tidak memberi kabar sampai saat ini.
Hari Raya pun tiba, dan Hari Raya saat ini adalah Hari Raya yang paling menedihkan bagiku. Karena ibuku tidak pulang dan tidak memberi kabar sama sekali. Padahal saat ibu akan kembali bekerja beliau berjanji akan selalu memberi kabar kapadaku. Aku merasa jengkel pada ibuku karena beliau sudah berjanji tapi tidak di tepati.
Aku merasa sedih sekali karena semua teman-temanku bisa merayakan Hari Raya bersama dengan keluarganya. Aku Cuma bisa meratapi kesedihan ini. Tapi aku harus semangat dan selalu berdo’a kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Pengalamanku saat ini akan aku ambil hikmahnya agar kelak bisa jadi pedoman hidupku.

BIODATA

Nama                     :     Khusnul Robi’ah
Alamat                   :     Dsn. Penanggungan, Ds. Penanggungan
TTL                       :     Mojokerto, 19 Februari 1997
Motto                     :     Selalu Berusaha Untuk Maju


No comments:

Post a Comment

Tutorial Pengelolaan Google Classroom