Oleh : Khusnul Robi'ah
Namaku Firna Ningtyas, aku sekarang duduk di kelas IX di SMP Negeri di
Trawas. Aku baru masuk di kelas IX sekitar 2 bulan yang lalu. Aku anak pertama
dari 3 bersaudara. Aku tinggal bersama ayah, adikm nenek, dan kakak. Adik
perempuanku kini duduk di kelas 4 SD demikian adik laki-lakiku duduk di kelas 3
SD.
Ketika aku memandangi foto keluargaku, aku teringat dengan ibu yang telah
melahirkan dan membesarkanku. Setiap kali aku melihat foto keluargaku aku tidak
bisa menahan butiran air mata yang mengalir deras menuju pipi.
Aku teringat ketika ayah dan ibuku telah berpisah saat ayah dan ibuku
masih bersama aku selalu bisa dimanja oleh mereka. Saat aku duduk di kelas 3 SD
ayah dan ibuku sering bertengkar, hampir setiap hari ayah jarang pulang kerumah
karena jika ayah pulang pasti ibu marah dan mereka bertengkar lagi.
Suatu malam ketika aku sedang tidur, aku mendengar suara yang keras dari
arah dapur rumahku, seketika itu juga aku bangun dari tempat tidurku. Aku jalan
dengan perlahan-lahan menuju arah dapur. Sesampai di dapur aku melihat ayah
yang sedang bersandar di tembok dalam keadaan mabok, ternyata suara keras
tersebut datang dari panci yang dilemparkan ibu kepada ayah.
Setelah aku sampai dapur aku menangis melihat ayah dan ibu bertengkar.
Ibu pun memeluk aku dan menenangkan aku agar aku tidak menangis lagi. Ayah pun
tidak sadar kalau bertengkar sama ibu. Akhirnya ibu membawa aku masuk ke kamar.
Ketika aku berada di dalam kamar ibu keluar lagi, aku mendengar suara
nenek dari dalam kamar, nenek pun juga keluar dari kamar menuju dapur untuk
menenangkan ayah dan ibu. Akhirnya, suasana dirumah yang semula bising kini
telah reda.
Keesokan harinya ketika aku bangun tidur menuju ibu dan ayah tetapi ibu
sudah ke dapur untuk memasak. Ayah pun mash tidur lelap dikamar.
Ketika aku masih duduk di kelas 5 SD aku semakin sedih, karena ibu
menuntut ayahku untuk bercerai. Air mataku kian mengalir setiap waktudan sejak
saat itu aku sudah tidak hidup bersama dengan ibu. Setiap hari aku menangis dan
menangis. Ayah selalu mencoba menghiburku, terkadang aku di ajak jalan-jalan
sama ayah dan juga adik perempuanku, karena adik laki-lakiku yang masih berusia
3 tahun ikut ibu pulang kerumah orang tua ibuku.
Suatu saat ketika hampir 2 minggu ayah dan ibu berpisah, aku merasa
kangen dengan ibu dan adik yang laki-laki. Akhirnya aku bilang kepada nenek dan
kakekku, nenek pun mengijinkan untuk menjenguk ibu dan adikku. Keesokannya aku
dan adik perempuanku pergi kerumah nenek dari ibu di desa seloliman diantar
kakak keponakanku.
Sesampai aku dirumah ibuku, ketika itu keluarga disana sedang berada
dikebun, yag ada dirumah Cuma adiknya ibu yang perempuan seusiaku. Aku langsung
mengajak kakakku tersebut untul menjemput keluargaku dikebun.
Ketika sampai di kebun aku lari dengan cepat menuju ibu dan adik, begitu
pula adik perempuanku. Aku tidak bisa menahan rasa sedih bercampur senang,
karena aku bisa bertemu dengan ibu dan adikku lagi. Aku pun juga melepaskan
pelukan ibuku. Akupun juga menangis begitu pula ibu dan keluargaku. Ibu dan
keluarga mengajak aku kembali kerumah, sampai dirumah aku senang sekali karena
aku bisa melepaskan rasa kangenku kepada ibu. Aku pun bisa selalu bersama
dengan ibu lagi, tetapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, karena aku
harus sekolah. Sekitar 3 hari lamanya aku bisa melepas kerinduanku kepada ibu.
Saat aku kembali kerumah ayah aku merasa sedih sekali karena aku tidak
bisa bertemu lagi dengan ibuku. Tapi aku juga harus melanjutkan sekolahki dan
aku tidak mau berlarut dalam kesedihanku, karena aku ingin menjadi lebih baik
dari orang tuaku, dan aku ingin membahagiakan orang tuaku. Aku sekarang tinggal
bersama ayah, nenek, kakek, dan juga kedua adikku. Setiap hari aku membantu
nenek dirumah dan ayah pun membantu kakek bekerja mencari nafkah untuk
meghidupi keluarga kami.
Setiap hari rumah yang aku tempati ramai dengan asik-adikku. Ketika malam
hari aku dan adikku berusaha untuk membuat nenek dan kakek tersenyum. Bagiku
nenek dan kakek adalah orang tua kedua bagi kehidupanku dan adik-adikku. Mereka
adalah orang yang paling baik, yang memberi kasih sayang kepada aku dan
adik-adikku saat ibu dan ayahku sudah tidak bersama lagi.
Saat aku mulai masuk sekolah menengah pertama, aku mendapat berita jika
ibuku pergi merantau bekerja untuk menghidupi adik-adiknya ibu, karena keluarga
ibu bukan orang yang kaya tapi keluarga yang pas-pasan. Terkadang tetesan
bening yang menempel di kedua belahan pipiku mengalir. Aku teringat dengan
masa-masa lalu ketika ayah dan ibu belum berpisah. Kini aku sudah tidak bisa
bertemu dengan ibu, karena jauh menjadi faktor penghalang untuk bisa bertemu
dengan ibuku.
Aku tidak tega melihat adik-adikku yang masih kecil dan belum ngerti
apa-apa sudah tidak bisa merasakan kasih sayang lagi dari seorang ibu. Setiap
kali aku melihar adikku rasanya hatiku sangar terpukul dan air mataku ingin
mengalir membasahi kedua pipiku.
Setelah ibu merantau selama 2 tahun. Akhirnya, ibu pun kembali pulang dan
menemui aku dengan adikku dirumah. Aku dan adikku merasa bahagia sekali, karena
bisa melepaskan kerinduan yang selama ini terpendam dalam benakku. Tapi sayang
kebahagiaan itu hanyalah sesaat saja. 1 minggu setelah ibu pulang ibu kembali
bekerja, aku pun merasa sedih lagi.
2 minggu setelah ibuku kembali bekerja aku masih merasakan kesedihan yang
sangat dalam, tapi aku berusaha menghibur adikku. Aku tidak mau masa depanku
dan masa depan adikku kacau gara-gara ditinggal merantau oleh ibuku. Setiap
orang pasti merasa sedih dan terpukul saat orang yang kita sayang meninggalkan
kita, apalagi, seorang ibu yang sudah melahirkan kita.
7 bulan sudah aku tak mendengar kabar dari ibuku sampai sekarang. Entah
apa yang terjadi dengan ibuku aku pun tidak tahu. Setiap hari tetesan air
mataku mengalir deras. Aku selalu berdo’a pada yang Maha Kuasa. Bagaimana
caranya, aku dapat kabr dari ibuku dengan jarak yang sangat jauh. Aku susah
untuk mencati kabar ibuku, tetapi aku akan tetap berusaha untuk mencari kabar
dari ibuku.
Kini aku sudah duduk di kelas 2 SMP. Saat semester kedua, akhirnya aku
bisa mengetahui kabar ibuku. Ada keponakanku
yang bekerja di Jakarta .
Tempat kerja keponakanku tidak jauh dari tempat kerja ibuku. Ketika keponakanku
pulang dari kerja, dia menghampiriku kerumah.
Aku yang sedang duduk-duduk santai di depan rumah dengan keluargaku,
keponakanku datang. “ Apa kabar adik-adikku “ sapa keponakanku. Aku menjawab
dengan hati gembira. “ Kabar baik kak, kalau boleh tahu sejak kapan kakak
pulang ?” tanyaku. “ Kakak pulang tadi malam, dik “. Jawab keponakanku. “ mari
masuk kedalam kak” kataku. “ iya, dik “. Jawab keponakanku.
Kakak keponakanku pun masuk kedalam, aku membuatkan minuman didapur untuk
kakak keponakanku. Setelah selesai aku ngobrol dengan keponakanku. “ Ibumu
sekarang berada di Jakarta
dik, dia bekerja, dan katanya dia akan pulang bulan depan rencananya “ kata
keponakanku. “ iya kak, saya merasa senang kalau ibu bulan depan pulang “.
Kataku. Setelah kita berbincang-bincang kurang lebih 3 jam. Akhirnya kakan
ponakanku pamit pulang.
Hatiku merasa senang karena bulan depan ibuku pulang. Aku bisa merayakan
Hari Raya Idul Fitri bersama-sama dengan ibu. Hari-hari yang aku jalani
sekarang semakin berwarna. Setiap kali aku melakukan sesuatu aku merasa senang.
Aku selalu menunggu datangny a ibu.
Hari Raya sudah kurang 5 hari lagi, tapi entah kenapa ibuku belum juga
pulang. Aku selalu menunggu kedatangan ibuku, 3 hari lagi Hari Raya datang, dan
yang aku tunggu-tunggu kedatangan ibuku. Akhirnya, ibu pun datang aku merasa
senang sekali. Seketika itu KU memeluk erat ibuku. Aku tidak bisa
menyembunyikan rasa kerinduanku kepada ibuku.
Hari Raya pun tiba, aku dan keluargaku saling bermaaf-maafan. Hari Raya
saat ini semakin lengkap dengan hadirnya ibuku kembali. Aku merasa senang
sekali di hari yang sangat bermakna bagi umat islam didunia, karena kita bisa
saling memaafkan satu sama lain. Aku juga pergi kerumah keluarga ibuku
bersama-sama dengan keluarga ayahku.
Hampir 1 tahun sudah ibuku tidak pulang lagi, 2 bulan lagi sudah Hari
Raya lagi. Tapi aku belum mendapat kabar sama sekali dari ibuku. Tapi aku
merasa sedih sekali, karena tetangga-tetanggaku yang bekerja di Jakarta mengatakan jika
ibuju sedang hamil saat berada disana. Tetangga-tetanggaku mengatakan kalau
ibuku hamil tetanggaku mengatakan kalau ibuku hamil sudah 8 bulanan. Yang
paling menyedihkan adalah tetanggaku mengatakan jika ibuku hamil di luar nikah.
Tetapi tetangga yang lain mengatakan bahwa ibuku dinikahi seseorang. Tapi
kenapa ibu tidak memberitahu aku dan adik-adikku jika ibu menikah lagi.
Hati kian terpukul saat aku mendengar omongan-omongan para
tetangga-tetanggaku. Setiap hari tetesan air mataku mengalir. Keluargaku
mencoba buat menenangkan aku. Tapi aku tidak bisa tenang, karena aku malu
dengan ejekan teman-temanku. Aku semakin merasa sedih, karena teman-temanku kini
semakin membenci aku. Aku tidak kuat rasanya hidup dalam keterpurukan ini.
Setiap malam dan setiap waktu aku berdo’a kepada Yang Maha Kuasa, untuk tetap
menguatkan aku dalam menghadapi degala cobaan yang datang menimpa keluargaku.
Aku yakin bahwa Tuhan memiliki jalan yang beda untuk aku dan keluargaku.
Setiap hari aku berdo’a dan menangis meratapi nasib yang menimpa diriku.
Mungkin aku punya salah besar kepada Tuhanku sehingga Tuhan mengujiku dengan
cobaan yang sangat berat ini.
Hari Raya tahun ini pun hampir datang, tapi entah kenapa sampai saat ini
aku belum mendapat kabar dari ibuku. Ketika aku pergi kerumah ibuku, keluarga
ibuku sudah tidak memperdulikan ibuku lagi.
Saat aku berada dirumah keluarga ibuku, nenek dari ibuku mengatakan jika
beliau sudah tidak sudi untuk bertemu lagi dengan ibuku. Beliau juga mengatakan
jika beliau meninggal nanti beliau sudah tidak mau disentuh ibuku lagi. Nenekku
merasa sakit hati karena saat ibuku kembali bekerja, beliau tidak berpamitan
dengan keluarga ibu. Dan ibuku tidak memberi kabar sampai saat ini.
Hari Raya pun tiba, dan Hari Raya saat ini adalah Hari Raya yang paling
menedihkan bagiku. Karena ibuku tidak pulang dan tidak memberi kabar sama
sekali. Padahal saat ibu akan kembali bekerja beliau berjanji akan selalu memberi
kabar kapadaku. Aku merasa jengkel pada ibuku karena beliau sudah berjanji tapi
tidak di tepati.
Aku merasa sedih sekali karena semua teman-temanku bisa merayakan Hari
Raya bersama dengan keluarganya. Aku Cuma bisa meratapi kesedihan ini. Tapi aku
harus semangat dan selalu berdo’a kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Pengalamanku
saat ini akan aku ambil hikmahnya agar kelak bisa jadi pedoman hidupku.
BIODATA
Nama : Khusnul Robi’ah
Alamat : Dsn. Penanggungan, Ds. Penanggungan
TTL : Mojokerto, 19 Februari 1997
Motto : Selalu Berusaha Untuk Maju
No comments:
Post a Comment