Friday, September 30, 2011

Arti Sebuah Usaha


          Seperti biasa di pagi hari aku menjalanni aktivitasku yaitu bersekolah untuk mendapatkan ilmu, bekalku untuk di masa depan. Setiap mata pelajaran yang di berikan kepadaku dan di setiap materi selalu ku ermati dan kusimpan di dalam memori fikiranku. Di saat pelajaran jasmani atau olah raga kami semua mendapatkan materi jarak jauh 200 M. semua alat yang dibutuhkan sudah siap dan tinggal menunggu giliran. Semua siap-siap untuk lari jarak jauh 200 M dimulai dari teman, Aku, Yanti diapun segera lari dan samapi finis dengan waktu yang cepat, akupun mulai tidak percaya diri pada diriku sendiri. Setelah waktu giliranku, aku merasa deg-degan dan rasanya ingin mundur, tapi aku usahakan untuk melawan rasa ketakutanku itu, aku mulai dengan langkah yang cepat dan ketika akan sampai di finis tenagaku sudah habis dan langkahku menjadi sangat pelan. Waktu yang ku tempuh sangat melampaui batas dan, ketakutan itu memuncak ketika aku harus mengulangi meteri itu lagi minggu depan. Materi olah ragapun usai dan waktunya istirahat. Di saat aku istirahat aku berbicara pada Yanti “Yan…gimanani aku harus ngulangi materi lari 200 M?”         
            “Ya gak papa.”
            “Iya kamu nggak ngulangi materinya, jadi gampang ngomongnya.”
            Bukannya begitu sih, bagaimana lagi dong aku harus menjawab pertanyaan mu, itu?”
“Ya udalah jangan dibahas.” Ucapku sambil meninggalkan Yanti.
Di saat pelajaran ke , aku mendapatkan tugas. Di saat aku tidak mengerti sebagaian dari tugasnya, aku bertanya pada Yanti.
“Yan gimanani caranya?” dan tidak menjawab sepatah katapun dari mulutnya. Akupun mengerjakan soal itu sendirian tanpa bantuan dia, bukunya pun ditukar tiap bangku untuk mengoreksi hasil tugasnya, di saat pengumuman nilai aku adalah salah satu siswa yang mendapat nilai paling bagus, akupun bangga dan merasa berhasil atas usahaku sendiri tanpa bantuan dari Yant, tiba-tiba bel pulang sekolah berbunyi cukup lebih awal dari biasanya. Aku pun pulang dengan Firman dan disaat aku samapai di hutan perbatasan Mojokerto Pasuruan, aku dan Firman di susruh berheni dan dittany-tanya oleh petugas operasi Polisi yang sedang berpatroli tersebut.
“Sekolah di mana ini? “ tanya polisi itu
“Sekolah di SMPN 2 Trawas pak,” jawab ku dan Firman dengan gemetar
“Jam segini kok udah pulang, bolos ya?” tanya polisi itu lagi
“Enggak dong pak.”
“Kalau enggak ngapain pulang jam segini, ini kan masih jam 11 siang?”
“Karena di sekolahan ada rapat pemilihan OSIS, jadi pulangnya lebihh awal.” Jawab ku pada polisi yang menanyaiku, dan di sisi lain Firman dihtanyai oleh polisi yang lainnya tentang kurangnya kelengkapan sepeda motornya.
“Lho mana ini Spionnya kok gak ada?” tanya polisi itu dengan tegas
“Ada di rumah pak.”
“Ngapain kok gak dipasang?”
“Ya gak papa.”
“Ya udah kalau gitu sepedanya saya tahan dulu kamu pulang aja, saya cariin tumpangan.”
Kemudian muncul mobil pick-up dari arah belakang dan kemudian aku menumpang mobil pick-up itu, di tengah perjalanan sopir pick-up bicara bahwa mobilnya berhenti sampai kebonalas, tetapi kebonalas itu masih jauh dari rumah aku, tapi udahlah aku jadi berhenti di kebonalas dan jalan kaki. Dalam batinku berkata; “udah tadi olahraga lari-lari eh malah sekarang pulang jalan kaki smapai rumah, dan akupun sampai rumah setengah 1 dan sesampai di rumah ada Nenek tetangga aku yang bercerita bahwa anak-abaknya saling berebut tanah warisan dan orang itu meminta Ayahku untuk menyelesaikan masalah keluarga Nenek itu Seorang Rukun Tetangga yang dipercaya, Ayah pun mengiyakan permintaan nenek. Di dalam kamar aku menggerutu smabil berganti pakaian “duch anaknya serakah banget sich orang tua masih hidup kok warisannya minta dibagi-bagi, aneh deh pada gak punya perasaab dech. Ayah pun mulai mencari bantuan sana-sisn demi menjalankan kewajiban aku sangat bangga pada Ayahku yang mementingkan urisan orang lain dari pada urusan pribadinya, dari sore hingga malam Ayahpun masih mencari bantuan dengan wajah yang sangat pucat karena kecapean.
Malampun sudah sangat larut aku pun segera tidur karena besok aku harus bantu-bantu Ibu bersih-bersih rumah karena aku besok libur. Aku pun mulai tertidur pulas dan tiba-tiba terdengar pintu terbuka ternyata Ayahku baru pulang. Jam setengah 1 malam Ayah langsung segera istirahat dan memejamkan mata merahnya itu. Pagi tiu aku bangun jam 6 ternyata Ayah sudah bekerja lagi aku sangat merasa kasihan pada Ayah demi membantu orang lain dan menghidupi istri dan anaknya, Ayah rela bekerja dari pgi hingga larut malam, aku segera membuatkan secangkir teh hangat untek menghangat tubuhnya di pagi hari ini yang terasa dingin menembus setiap pori-pori kulitnya. Ku siapkan minumannya, segera aku membantu Ibu untuk bersih-bersih rumah tiba-tiba terdengar suara pecahan kaca yang terdengar sangat keras dari arah luar, setelah kulihat ternyata rumah dari Nenek tua yang kemarin mendatangi rumahku, kaca cendelanya dilempar batu oleh anak laki-lakinya setelah ditanya beberapa tetangga kenapa P. Di melempar batu ke kaca candela itu ternyata P. Di tidak terima hasil dari pembagian warisan yang dibagji oelh Nenek-nenek itu sendiri, Ayah pun dating dan memperjelas pemvbagian warisan itu dengan adil. Setelah beberapa jam berunding akhirnya kedua belah pihak saling setuju atas pembagian itu./ Ibu berbicara padaku “kok ada orang seperti itu?”
“Ya ada lah Bu lah orang itu?’
“Woh kamu ae.”
Lalu aku berbicara pada diriku sendiri “ya Allah moga-moga aku sam saudara-saudara ku besok-besok jangan samapai seperti itu.”
Tiba-tiba Ibu menjawab dari arah belakang “masak sich,” sambail mengejek aku.
Sore itu aku sedang asyik nonton TV tiba-tiba adik mukul akupun spontan memukul balik dia tetapi dia tidak terima dan memukul aku lagi dan akhirnya aku bertengkar sama adik dan Ibu pun marah besar padaku akupun masuk kamar dan menangis dalam hati berkata: “mengapa aku yang disalahkan padahal yang memulai adalah adikku, tapi aku yang menanggungnya, aku pun curhat keada temanku Ida lewat handphone, aku bercerita pada dia bahwa aku sama Nita selalu dibeda-bedakan, Ida member beberapa saran pada ku ”ya udahlah Si, gak kamu aja yang kayak gitu aku juga kayak gitu tapi selalu aku ambil dari segi positifnya aja.”
“Tapi aku gak mau disalahin kalao aku nggak ngelakuin kesalahannya?”
“Ya, aku juga mau gimana lagi kita harus mengalah dan kita udah kelas 3 bentar lagi US (Ujian Sekolah), aku nggak mau kamu dapat nilai jelek gara-gara masalah ini angap aja ini soal tanpa jawaban.
“Ya aku akan berusaha melupakan semua itu dan mencotoh prinsip Ayah dan juga untuk beljar mencari ilmu untuk mencapai cita-cita.
             

TAMAT!!!!!

Nama               : Meisi Dwi Lestari



TTL                 : Pasuruan, 12 Mei 1997



Alamat             : Dsn. Kesiman Ds. Kesiman



                          Kec Prigen Kab. Pasuruan



Motto              : Be Your Self
 

No comments:

Post a Comment

Tutorial Pengelolaan Google Classroom