Tinjauan Instrinsik Puisi
''Pahlawan Tak Dikenal''
Karya Toto Sudarto Bachtiar
A. Bait dan Baris
Puisi ''Pahlawan Tak Dikenal'' karya Toto Sudarto Bachtiar terdiri atas 5 bait dan masing-masing bait terjadi dari 4 baris atau larik. Jadi, secara keseluruhan puisi tersebut terdiri atas 20 baris. Ada baris yang pendek ada pula yang panjang. Baris terpendek terjadi dari 4 kata atau 8 suku kata, yaitu baris ke-4 bait ke-3. Adapun baris terpanjang terjadi dari 9 kata atau 19 suku kata, yaitu baris ke-4 bait ke-4.
Dilihat dari banyaknya baris setiap bait puisi tersebut dinamakan kuatren atau catur larik sebab terdiri atas 4 baris setiap baitnya. Apabila dilihat dari segi rima dan jumlah kata atau suku kata setiap lariknya, maka puisi tersebut dinamakan puisi bebas.
Tiap-tiap bait dan baris ditulis sejajar dan diawali dengan huruf besar, tetapi tidak diakhiri dengan tanda baca. Inilah jenis tipografi yang dipilih oleh pengarangnya.
B. Enjambemen atau Perloncatan Baris
Untuk mengetahui ada tidaknya perloncatan baris (enjambemen), maka terlebih dahulu kita memahami isinya. Oleh karena itulah, untuk sekedar membantu memahami dan menunjukkan ada tidaknya enjambemen, berikut ini dikutipkan puisi aslinya yang sudah dilengkapi dengan kata dan tanda baca tertentu sehingga akan tampak semakin jelas.
PAHLAWAN TAK DIKENAL
(dilengkapi kata dan tanda baca untuk apresiasi)
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring (,)
Tetapi bukan tidur, sayang (.)
(Ada) Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
(dan) Senyum bekunya mau berkata, ''kita sedang perang (!)('')
Dia tidak ingat bilama dia datang (dan)
Kedua tangannya memeluk senapan (.)
Dia (pun) tidak tahu untuk siapa dia datang (,)
Kemudian dia terbaring, tetapi bukan tidur, sayang (.)
Wajah (-nya yang) sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja (.)
(seakan) Dunia (pun) tambah beku di tengah derap dan suara menderu (,)
(karena) Dia (adalah) masih sangat muda (.)
(pada) Hari itu 10 November, hujan pun turun (.)
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga (,)
Tapi yang nampak, (adalah) wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya (.)
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring (,)
Tetapi bukan tidur, sayang (.)
(ada) Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
(dan) Senyum bekunya mau berkata : ''aku sangat muda (.)('')
Walaupun huruf-huruf kapital pada puisi aslinya tidak diubah (yang seharusnya diubah), tetapi isi puisi dan enjambemennya semakin tampak jelas, setelah dilengkapi dengan tanda baca dan kata-kata tertentu untuk memperjelasnya. Dengan demikian dapatlah disebutkan enjambemen, yaitu :
A. Pada bait I :
Baris ke-1 meloncat ke baris ke-2
Baris ke-3 meloncat ke baris ke-4
B. Pada bait II :
Baris ke-1 meloncat ke baris ke-2
Baris ke-3 meloncat ke baris ke-4
C. Pada bait III :
Baris ke-1 meloncat ke baris ke-2
Baris ke-3 meloncat ke baris ke-4
D. Pada bait IV :
Baris ke-2 meloncat ke baris ke-3 dan ke-4
E. Pada bait V :
Baris ke-1 meloncat ke baris ke-2
Baris ke-3 meloncat ke baris ke-4
(bersambung ke C. Bahasa dan Gaya Bahasa)
(wien's)
No comments:
Post a Comment