Wednesday, September 28, 2011

Kesunyian Malam


Oleh :  Lailiyah Fadhilatul Kharimah
Keheningan malam, seolah mengingatkan akan kenangan di masa lalu yang sangat menyakitkan bagiku, udara dingin di malam itu pun mewakili perasaan hati juga batinku yang membeku, yang mungkin akan terasa sulit untuk dapat di cairkan.
Aku hanyalah seorang gadis desa, namaku Lailiyah Fadhillah Kharimah, biasa dipanggil Lely. Sekarang aku duduk di kelas IX-A di sebuah Sekolah Menengah Pertama, aku teringat kisahku dulu, waktu aku masih duduk di Sekolah Dasar, saat itu aku masih kelas 6 SD, aku pernah mempunyai seorang teman di masa kecilku yang sangat setia menemaniku dan yang sangat mengerti semua yang aku inginkan, dia bernama Leni kita bersahat sudah sangat lama, kurang lebih 7 tahun lamanya, Leni anak yang sangat baik, rajin dan pintar, namun sayang meskipun pintar tapi dia tidak mau mengajari temannya yang tidak bisa, alasannya karena dia takut temannya tersebut mendapat nilai lebih baik dari dia, meskipun persahabatan kita terbilang cukup lama, namun bagiku itu adalah waktu yang sangat singkat. Karena disaat aku sudah mengenal makna persahabatan yang sesungguhnya, kita berdua sudah tidak bersama lasi.
Dulu, waktu kami masih di Sekolah Dasar kita sering bersama-sama, tapi jalan persahabatan kita tidak selalu baik, kadang-kadang kita juga sering bertengkar, tentunya dalam hal prestasi, kita selai berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai bagus di rapor dan bisa menjadi juara kelas.
Saat Ujian Nasional tiba, aku pun tak henti-hentinya belajar, tidak menonton televisi dan memperbanyak berdo’a  agar bisa lulus dengan nilai yang bagus, begitu pula dengan ia tak mau kalah dengan aku.
Keesokan harinya, ketika Ujian Nasional di laksanakan di dalam kelas, tiba-tiba dadaku berdetak kencang pada saat soal ujian mulai di bagikan, setelah aku sudah menerima soal, tak lupa aku berdo’a sebelum mengerjakan, seperti pesan ibu kepadaku sebelum aku berangkat tadi, ibu berkata :
“ Jangan lupa berdo’a sebelum belajar, agar kamu di beri kelancaran dalam mengerjakan soal ujian “. Setelah selesai berdo’a, aku pun langsung mengejakan soal tersebut agar tidak ketinggalan dengan Leni yang sudah menerima soal terlebih dahulu, saat aku melihat jarum jam menunjukkan pukul 08.30 berarti tinggal 30 menit lagi waktu mengerjakan soal akan selesai, dan ternyata benar.
“ Anak-anak waktu mengerjakan tinggal 30 menit lagi “. Kata pengawas yang duduk di meja guru. Saat itu juga aku semakin panik ketika melihat lembar jawabanku masih ada yang kosong, dan tradisi mencotek pun di mulai.
“ Sst ….. stt ….. Len ….. Leni ! “. Aku memanggil leni dengan suara pelan yang saat itu duduk disebelahku.
“ Apaan sih …….!”, jawab Leni sedikit ketus
“ Aku nyontek no. 14 dong….?, kataku
“ Sory, aku juga nggak bisa !”. jawab Leni dengan nada agak marah, seolah tidak ingin memberitahukan jawabannya kepadaku.
“ Gitu aja nyolot, bilang aja kalau gak boleh nyontek, emang dia pikir aku gak tahu apa kalau dia sudah selesai”.
Setelah waktu mengerjakan hanya tinggal 15 menit lagi, aku pun berusaha mengerjakan soal-soal yang belum aku kerjakan dengan semampuku agar dapat selesai tepat waktu, setelah semua soal aku kerjakanm, aku pun langsung mengumpulkannya ke meja pengawas, meskipun waktu mengerjakan masih tinggal 5 menit lagi, aku merasa senang karena bisa mengalahkan Leni yang saat itu masih panik mengerjakannya, namun aku tidak boleh merasa puas dulu karena aku masih belum tahu hasilnya, mungkin saja Leni yang mendapat nilai bagus.
Satu minggu kemudian saat pengumuman kelulusan dan pemberitahuan nilai hasil ujian, aku sangat cemas, takut nilaiku masih di bawah Leni, saat Bu Rina membacakan hasilnya, dadaku semakin terasa bedebar-debar, namun ternyata
“ Alhamdulillah …………..”. sahutku, ketika mengetahui bahwa nilaiku bisa melebihi nilai Leni. Aku merasa, pengorbananku selama ini tidak sia-sia, dan akhirnya ketika buku rapor akhir semester di bagikan, aku mendapat peringkat pertama karena nilaiku yang paling tinggi di antara teman-teman dan Leni mendapatkan peringkat ke dua.
Keesokan harinya, saat aku duduk di depan kantin sekolah, tiba-tiba Leni datang menghampiriku, ia berkata.
“ Hai Lel, selamat ya kamu menjadi juara kelas mengalahkan aku “.
“ Oh ya, terima kasih ………. “. Celetusku dengan nada agak bangga.
“ Aku mengaku, aku kalah Lel, dan aku juga minta maaf padamu atas sikapku selama ini”. Kata Leni menyesali sikapnya.
“ Iya sama-sama ……..”, jawabku.
Dan sejak saat itu kami berdua sudah tidak bertengkar lagi, karena kita sudah bisa menyadari kesalahan masing-masing, dan cara kita berebut prestasi memang salah seharusnya kita bisa saling membantu antara saru sama lainnya.
Ketika liburan sekolah tiba, setiap hari kita sering bermain bersama. Dulu, aku sering membohongi orang tuaku, aku selalu meminta izin untuk belajar kelompok padahal sebenarnya, aku pergi bermain kerumah Leni, kita berdua sangar senang bermain kasti, hampir setiap hari kita menhabiskan waktu bersama untuk bermain kasti. Setelah liburan sekolah usai, kita pun di sibukkan kegiatan-kegiatan kita masing-masing dan waktu untuk kita bersama. Semakin berkurang, aku pun menjadi jarang bertemu Leni aku harus mendaftarkan diri untuk masuk di Sekolah Menengah Pertama, tanpa kusadari sejak saat itu kita sudah berpisah, aku menyesal karena saat itu aku belum bisa menjadi sahabat yang baik untuknya.
Hari demi hari sudah ku lalui, saat aku ingat dulu aku sering bersamanya, dia tempatku bersandar, dia yang hibur aku di saat aku sedih, suka dan duka kita rasakan bersama, walaupun kita juga sering bertengkar, namun yang paling mengingatkan aku dengan Leni adalah sepucuk puisi yang ia berikan kepadaku, dalam puisinya itu, ia berjanji akan menjadi sahabt yang terbaik untukku dan ia juga berjanji akan menemaniku selamanya. Namun ternyata ia menginkari janji yang ia buat sendiri, tanpa terasa air mataku sudah membasahi kertas berisi puisi dari Leni yang ku letakkan di dadaku, dan malam pun semakin larut, namun mataku masih sulit ku pejamkan, karena bayangannya yang selalu ada di setiap aku membuka mata, juga di setiap do’a dalam sujudku aku meminta kepada tuhan agar mempertemukan aku dengannya meskipun hanya satu jam, namun jika tuhan tak mau mempertemukan kita, aku berharap semoga tuhan masih berkenan menghadirkan Leni dalam setiap mimpi di tidurku.
Rasa rindu semakin menyelimuti hati ini, seolah tak ingin pergi, kita berpisah tanpa mengucapkan kata perpisahan dan memberikan salam manis untuk yang terakhir kalinya, aku tak tahu apa yang menyebabkan Leni pergi meninggalkanku, yang jelas kita sudah berpisah sekolah, dan sejak saat itu Leni tak pernah memberikan kabr kepadaku, mengirim surat bahkan sebelum pergi dia pun tak berpamitan kepadaku.
Aku tak menyangka liburan sekolah kali ini menjadi liburan terakhir aku bersama Leni, dan kenang-kenangan saat kita bersama tak akan pernah mungkin ku lupakan dalam hidupku, di tengah malam kelabu ini, aku merasa sangat kesepian, sahabat yang telah lama bersamaku kini sudah pergi meninggalkanku, mungkin dia adalah sahabt terbaikku yang terakhir karena di sekolahku saat ini sudah tak ada anak seperti Leni yang mau mengertiku apa adanya.
Tiba-tiba terdengar suara seseorang mengetuk pintu, dan ternyata ibuku datang menghampiriku,
“ Lely kenapa belum tidur ? ,, kamu kan besuk sekolah, ayo lekas tidur sudah malam”. Kata ibuku.
“ Baik bu …… “ jawabku sambil mencoba memejamkan mata, setelah ibu pergi dari kamarku aku segera bangkit dari ranjang untuk membersihkan buku-buku yang berserakan di meja belajarku, setelah sudah terlihat bersih dan rapi, aku pun mencoba memejamkan mata agar dapat tertidur meskipun sepi masih menyelimuti hati dan batinku di malam yang kelabu ini.


BIODATA

Nama             :     Lailiyah Fadhilatul Kharimah
Alamat          :     Dsn. Penanggungan, Ds. Penanggungan
Kelas             :     IX/A
TTL               :     Mojokerto, 04 April 1997
Motto            :     Hargailah seseorang jika kamu ingin dihargai


♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥


No comments:

Post a Comment

Tutorial Pengelolaan Google Classroom