Kelas yang tadinya ribut tanpa kehadiran seorang guru, kini menjadi sunyi. Guru bahasa Indonesia yang paling ditakuti dan disegani oleh semua siswa telah masuk ke dalam kelas. Wajahnya garang seperti harimau kelaparan.
“Selamat pagi, Bu Guru!” Sapa seluruh siswa hamper serempak.
“Mengapa bilang selamat pagi saja? Kalau begitu siang, sore, dan malam hari kalian mendoakan saya tidak selamat ya?” Sahut si ibu guru dengan suara melengking.
“Selamat pagi, siang, dan sore, Bu Guru!” Seru seluruh siswa.
“Kenapa panjang sekali? Tidak pernah ada orang yang mengucapkan selamat seperti itu! Katakan saja selamat sejahtera, bukankah itu lebih bagus didengar dan penuh makna? Lagipula ucapan ini meliptui semua masa dan keadaan.” Jawa si ibu guru.
“Selamat sejahtera, Bu Guru!” Seru para siswa.
“sama-sama, silahkan duduk! Coba dengar baik-baik. Hari ini ibu guru menguji kalian tentang perlawanan kata atau antonym kata. Kalau bu guru sebutkan perkataannya, kalian harus sepat menjawabnya dengan lawan katanya, kalian mengerti?” Tanya Bu Guru.
“Mengerti Bu Guru!”
“Pandai?” Ibu guru memulai pertanyaan.
“Bodoh!” Jawab seluruh siswa.
“Tinggi?” Tanya ibu guru.
“Rendah!” Jawab mereka.
“Jauh?” Lanjut ibu Guru.
“Dekat!” Teriak para siswa.
“Berjaya?” Si ibu guru masih memberikan pertanyaan.
“Menang!” Jawab muridnya.
“Salah itu!” Teriak si Ibu Guru sambil mengerakkan tangan ke atas.
“Benar itu!” Jawab para siswa.
“Bodoh!” Si ibu guru tampak geram.
“Pandai!” Jawab siswa.
“Bukan!” Kata ibu guru sambil mengerak-gerakkan tangannya.
“Ya!” Jawa siswa lebih semangat.
“Oh, Tuhan….” Si ibu guru mulai pusing.
“Ya, Hamba!” Jawa para siswa, mereka tidak tahu kalau si ibu guru kesal mendengar jawaban mereka.
“Dengar ini…!” Teriak Bu Guru kemudian.
“Bicara itu…!” Jawab siswa dengan nada panjang pula.
“Diam!!!!!” Teriak bu guru.
“Ribut!!!!!” Jawab para siswa makin keras.
“Itu bukan pertanyaan, bodoh!!!” Teriak bu guru sambil mengebrak meja.
“Ini adalah jawaban, pandai!!!” Teriak para siswa.
“Mati aku!” Keluh sis ibu guru.
“Hidup aku!” Jawab para siswa.
“Saya rotan baru tau rasa kalian!” Teriak ibu guru.
“Kita akar lama tak tau rasa, kami!” Jawab siswa.
“Malas aku mengajar kalian!” Kata si ibu guru dengan nada mengeluh.
“Rajin kami belajar, Bu Guru!” Jawab para siswa.
“Kalian semua gila!” Teriak bu guru makin kesal.
“Kami sebagian waras, Bu Guru!” Jawab siswa antusias.
“Cukup! Cukup!” Teriak si ibu guru.
“Kurang!Kurang!” Jawab siswa tak kalah keras.
“Sudah!Sudah!” Teriak si ibu guru dengan nada makin kesal.
“Belum!Belum!” Jawa para siswa.
“Mengapa kalian bodoh sekali?” Tanya si ibu guru sambil duduk di kursinya.
“Sebab kami pandai sekali!” Jawab siswa dengan tegas.
“Oh! Kalian melawan ya??!!” Teriak si ibu guru dengan nada marah.
Oh! Kami mengalah tidak!!!” Jawab seluruh siswa dengan keras.
“Kurang ajar!!!!” Teriak si guru sambil bangkit kembali dari kursinya.
“Cukup ajar!” Jawab siswa bersamaan.
“Habis aku!” Keluh si ibu guru.
“Kekal aku!” Jawab seluruh siswa dengan nada senang.
”Oke, Pelajaran sudah habis!” Ibu guru mulai putus asa.
“No, Pelajaran belum mulai!” Jawab seluruh siswa.
“Sudah, bodoh!” Bentak ibu guru.
“Belum, pandai!” Jawab para siswa.
“Berdiri!” Kata bu guru.
“Duduk!” Jawab para siswa.
“Bego kalian, ini!” Si ibu guru makin kesal saja.
“Cerdik kami, itu!” Teriak seluruh siswa.
“Rusak!” Teriak ibu guru sambil memukul meja.
“Baik!” Jawab para siswa.
“Kalian dihukum siang hari!” Si ibu guru makin stress.
“Kami dibebaskan malam hari!” Jawab seluruh siswa makin senang.
Si ibu guru mukanya merah padam dan tanpa bicara lagi, ia mengambil buku-bukunya dan keluar ruangan. Sebentar kemudian, lonceng pun bordering.
Seluruh siswa merasa lega karena guru yang paling ditakuti dan disegani telah keluar dari kelas mereka. Walau bagaimanapun mereka merasa bangga karena telah dapat menjawab semua pertanyaan tadi. Tetapi masih ada hari esok. Si ibu guru pasti akan dating lagi.Wien’s
No comments:
Post a Comment