PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA
MELALUI TEKNIK PETA KONSEP
Best Practice Guru Mata
Pelajaran dalam Kegiatan
Peningkatan Karier Blockgrand MGMP Bahasa Indonesia
Sri Winarni, S.Pd.
Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Trawas
Sri Winarni, S.Pd.
Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Trawas
A.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Pembelajaran
bercerita dengan urutan yang baik di kelas VII/B SMPN 2 Trawas Mojokerto masih
banyak mengalami kesulitan. Rata-rata siswa kurang bergairah dalam belajar,
kurang antusias dengan materi bercerita, dan kurang percaya diri dalam
menggunakan bahasa Indonesia karena mereka belum terbiasa menggunakan bahasa
Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga suasana belajar menjadi kurang
menyenangkan.
Penyebab ketidakberhasilan
dalam proses pembelajaran bercerita dengan urutan yang baik di kelas VII/B SMPN
2 Trawas cukup banyak. Di antaranya yaitu karena dalam proses pembelajaran
bercerita, guru belum menggunakan media yang tepat seperti media boneka jari,
sate wayang, foto tokoh, gambar binatang, ataupun cuplikan film. Sehingga siswa
menjadi pasif, bosan, kurang konsentrasi, dan ribut.
Penyebab lain
yaitu karena guru belum menerapkan teknik pembelajaran yang tepat. Selama ini
guru lebih menyukai teknik pembelajaran langsung. Guru lebih menguasai
pembicaraan/dominan sementara siswa hanya terdiam. Kemampuan bercerita dengan
urutan yang baik akan tercapai jika siswa sering berlatih dan mendapatkan
penjelasan yang mendalam. Media pembelajaran dan teknik pembelajaran yang
sesuai juga sangat menunjang keberhasilan siswa dalam bercerita. Salah satunya
yaitu teknik peta konsep.
Dari sekian
banyaknya teknik pembelajaran yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran
bercerita yaitu teknik peta konsep. Sebuah teknik yang mendorong siswa untuk
lebih meningkatkan inspirasinya sehingga terlahir kreasi-kreasi cemerlang,
catatan yang sistematis, dan juga untuk menrencanakan program-program baru.
Teknik peta
konsep dipilih karena mempunyai banyak keunggulan baik bagi siswa maupun bagi
guru/peneliti. Keunggulan peta konsep bagi siswa yaitu (1) sebagai alternatif untuk
membantu siswa dalam mengiterpretasikan pengetahuan yang diperoleh dan
meningkatkan kemampuan mengingat sehingga proses belajar menjadi bermakna. (2) dapat
meningkatkan keaktifan dan kreatifitas berfikir siswa, hal ini menimbulkan
sikap kemandirian belajar yang lebih pada siswa. (3) mengembangkan struktur kognitif yang terintegrasi dengan
baik, yang akan memudahkan belajar. (4) dapat membantu siswa melihat makna
materi pelajaran secara lebih komprehensif dalam setiap komponen konsep-konsep
dan mengenali hubungan antara konsep-konsep.
Keunggulan bagi
guru yaitu (1) pemetaan konsep dapat menolong guru mengorganisir seperangkat
pengalaman belajar secara keseluruhan yang akan disajikan. (2) pemetaan konsep
merupakan cara terbaik menghadirkan materi pelajaran, hal ini disebabkan peta
konsep adalah alat belajar adalah alat belajar yang menimbulkan efek verbal
bagi siswa karena siswa dengan mudah melihat, membaca dan mengerti makna yang
diberikan. (3) pemetaan konsep menolong guru memilih aturan pengajaran
berdasarkan kerangka kerja yang hierarki, hal ini mengingat banyak materi
pelajaran yang disajikan dalam urutan acak. (4) membantu guru meningkatkan
efiiensi dan efektifitas pengajarannya.
Dari sekian
banyaknya teknik pembelajaran yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran
bercerita yaitu teknik peta konsep. Sebuah teknik yang mendorong siswa untuk
lebih meningkatkan inspirasinya sehingga terlahir kreasi-kreasi cemerlang,
catatan yang sistematis, dan juga untuk merencanakan program-program baru.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dalam
Penulisan Best Practice ini
difokuskan pada masalah pemanfaatan teknik peta konsep pada materi bercerita
yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah penerapan
teknik peta konsep pada materi bercerita siswa kelas VII/B SMPN 2 Trawas
Mojokerto semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017?
2.
Bagaimanakah dampak/hasil belajar bercerita melalui
teknik peta konsep pada siswa kelas VII/B SMPN 2
Trawas Mojokerto semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017?
3.
Apa saja faktor pendukung keberhasilan teknik peta
konsep dalam pembelajaran bercerita siswa kelas VII/B SMPN 2 Trawas Mojokerto
semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017?
4.
Kendala apa saja yang menghambat keberhasilan teknik
peta konsep dalam pembelajaran bercerita siswa kelas VII/B SMPN 2 Trawas
Mojokerto semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017?
3.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan Best Practice yang berjudul “Penerapan Teknik Peta Konsep untuk
Meningkatkan Kemampuan Bercerita” ini adalah sebagai berikut :
1)
Mendeskripsikan penerapan teknik peta konsep pada
materi bercerita siswa kelas VII/B SMPN 2 Trawas Mojokerto semester ganjil
tahun pelajaran 2016/2017.
2)
Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar bercerita
melalui teknik peta konsep pada siswa kelas VII/B SMPN 2
Trawas Mojokerto semester genap tahun pelajaran 2016/2017.
3)
Mendeskripsikan faktor-faktor pendukung keberhasilan
teknik peta konsep dalam pembelajaran bercerita siswa kelas VII/B SMPN 2 Trawas
Mojokerto semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017.
4)
Mendeskripsikan bebrapa kendala apa saja yang
menghambat keberhasilan teknik peta konsep dalam pembelajaran bercerita siswa
kelas VII/B SMPN 2 Trawas Mojokerto semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017.
4.
Manfaat Penelitian
Hasil penulisan Best Practice
yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Bercerita Melalui Teknik Peta Konsep” ini
dapat memberikan manfaat kepada :
1)
Guru/Peneliti dapat dijadikan sebagai masukan untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran bercerita di kelas
yang lain.
2)
Siswa dapat meningkatkan kemampuan menggunakan peta konsep dalam bercerita dengan suasana belajar yang santai, menarik dan informal.
3)
Peneliti lain dapat dijadikan acuan dalam melakukan
penelitian yang sejenis.
4)
Kepala sekolah dapat dijadikan acuan dalam membuat
kebijakan tentang peningkatan kualitas sekolah.
5.
Definisi Istilah
Definisi
istilah dalam penelitian ini diperlukan untuk menghindari kesalahan arti dan
pemahaman bahasa.
1)
Peningkatan
adalah adanya perubahan menjadi lebih baik yang dapat diketahui dari hasil tes
pada pra tindakan, siklus I ke siklus selanjutnya.
2)
Hasil belajar adalah semua hal yang didapatkan
oleh setiap orang berdasarkan pengetahuan belajarnya.
3)
Bercerita adalah melisankan sebuah obyek
yang menggambarkan prilaku atau sebuah peristiwa secara verbal sebagai upaya
untuk mengembangkan daya nalar.
4)
Peta konsep
adalah sebuah teknik yang mendorong siswa untuk lebih meningkatkan inspirasinya
sehingga terlahir kreasi-kreasi cemerlang, catatan yang sistematis, dan juga
untuk merencanakan program-program baru.
B.
PEMBAHASAN
HASIL BEST PRACTICE GURU MATA
PELAJARAN
1.
Kondisi
Awal Siswa Kelas VII/B SMPN 2 Trawas
Saya melakukan observasi sebelum
melaksanakan penelitian. Observasi bertujuan mengetahui kondisi awal siswa,
baik proses pembelajaran maupun hasil keterampilan bercerita siswa kelas VII/B
SMPN 2 Trawas Mojokerto. Hasil dari observasi saya digunakan untuk menentukan
tindakan yang akan dilaksanakan ketika penelitian.
Setelah menganalisa hasil observasi,
maka saya menyusun rencana pembelajaran (RPP) untuk kegiatan pratindakan.
Kegiatan pratindakan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran atau 2x40 menit. Kegiatan
pratindakan ini dilakukan pada tanggal 18 Oktober 2016 pukul 10:10 WIB dengan menggunakan metode
penugasan langsung.
Pelaksanaan pratindakan berjalan cukup
lancar, namun siswa terlihat kurang antusias dalam mengikuti pelajaran. Siswa
kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan dari guru.
Hal ini dapat dilihat dari hasil pengisian angket pratindakan siswa yang
menyatakan bahwa siswa yang aktif saat pembelajaran berlangsung hanya 19 siswa
dari jumlah keseluruhan siswa (32 siswa) atau 59,38% yang aktif selama kegiatan
pembelajaran.
Dalam pembelajaran bercerita, beberapa
siswa yang duduk di kursi bagian depan terlihat memperhatikan guru, namun tidak
sedikit siswa yang berbicara dengan temannya, bertopang dagu, dan beraktivitas
sendiri. Berikut gambar aktivitas siswa pada tahap pratindakan.
Gambar 1 : Aktivitas siswa saat
pembelajaran pada tahap awal tempat duduk masih belum diubah
Pada tahap awal ini siswa juga
kurang antusias saat mendapat tugas dari guru untuk menuliskan cerita dalam
buku. Siswa terlihat kurang antusias merangkai pokok-pokok cerita karena siswa
kurang mempunyai ide dan bingung apa yang harus ditulis. Hal ini dapat dilihat
pada gambar berikut.
Gambar 2 : Aktivitas Siswa yang
Kurang Antusias Mengerjakan Tugas
Dengan melihat keadaan tersebut
maka saya memberikan waktu selama 10-15 menit kepada siswa untuk
mengingat-ingat cerita yang ingin mereka ceritakan. Hasilnya sungguh
mengecewakan karena tidak ada satupun siswa yang bersedia maju bercerita
walaupun sudah diberi kesempatan 15 menit. Siswa justru melakukan aksi saling
tunjuk saat saya memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju bercerita. Oleh
karena itu, saya mengambil alternatif menunjuk salah satu siswa yang saya
anggap memiliki kepercayaan diri lebih kemudian siswa yang sudah maju harus
memilih salah satu temannya untuk maju. Siswa kemudian maju satu persatu namun
beberapa siswa masih terlihat kurang siap. Siswa hanya diam dan kesulitan untuk
memulai bercerita. Guru kemudian membantu siswa dengan bertanya kepada siswa
agar siswa tidak diam dan mampu bercerita. Terdapat siswa yang tidak bersedia
maju bercerita walaupun sudah ditunjuk oleh temannya.
Sikap keberanian siswa saat
bercerita pad pratindakan ini masih kurang, hal itu dapat diperkuat dari hasil
pengamatan proses yang menyatakan bahwa siswa tidak berani bercerita di depan
kelas sebanyak 6 siswa. Hasil pengisian angket siswa juga menunjukkan terdapat
17 atau 53,13% siswa tidak berani tampil di depan kelas. Siswa beralasan tidak
berani bercerita karena siswa merasa belum siap, malu, grogi, dan belum ada
ide, namun setelah dibujuk siswa berani bercerita walaupun sangat singkat dan
ekspresi siswa belum muncul.
Berdasarkan hasil pengamatan dan
hasil angket pada pratindakan, menunjukkan proses pembelajaran bercerita siswa
masih kurang sehingga perlu alternatif untuk meningkatkan kemampuan bercerita.
Salah satu usaha yang dapat digunakan adalah penerapan teknik pembelajaran yang
tepat. Terkait dengan hal tersebut dalam angket sebagian besar siswa menyatakan
perlu adanya teknik pembelajaran yang diharapkan dapat mendukung pembelajaran
bercerita. Berdasarkan hasil angket yang diisi oleh siswa kelas VII/B sebesar
28 siswa atau 87,5% menyatakan perlu adanya teknik pembelajaran yang dapat
mendukung keberhasilan bercerita.
2.
Penerapan
Teknik Peta Konsep
Berdasarkan survei awal yang telah saya lakukan
dalam kegiatan pratindakan diketahui bahwa keterampilan bercerita siswa kelas
VII/B SMPN 2 Trawas Mojokerto masih rendah. Oleh karena itu, saya berasumsi
bahwa perlu dilakukan tindakan yang mampu mengatasi permasalahan tersebut. Setelah
saya mengetahui kekurangan-kekurangan serta kelebihan kegiatan pembelajaran
yang berlangsung pada saat pratindakan, maka saya mulai menyusun perencanaan
pelaksanaan siklus pertama.
Adapun langkah kerja yang saya lakukan
dalam penerapan teknik peta konsep pada pembelajaran bercerita pada siswa kelas
VII/B SMPN 2 Trawas adalah sebagai berikut : (1) Pra Pembelajaran, hal yang
saya lakukan dalam tahap ini yaitu ; a) menyiapkan contoh peta konsep sebagai
referensi, b) menyusun RPP, c) membuat lembar kerja, d) menyusun rubrik
penilaian, f) menyusun rubrik pengamatan. (2) Kegiatan Awal, dalam tahap ini
meliputi kegiatan : a) salam, so’a & presensi, b) apresepsi, c) menjelaskan
tujuan pembelajaran, d) menjelaskan tentang materi bercerita. (3) Kegiatan Inti,
penerapan teknik peta konsep dilakukan pada tahap kegiatan ini, adapun
kegiatannya yaitu, a) tanya jawab mengenai bercerita dan teknik peta konsep, b) menjelaskan Teknik Peta Konsep
melalui LCD, c) siswa menyusun peta konsep, d) siswa mengomentari temannya. (4)
Kegiatan Akhir, pada tahap akhir seperti biasa saya melakukan : a) refleksi
hasil pembelajaran, do’a, dan salam. Semua tahap berjalan dengan lancar dan
berhasil dengan cukup memuaskan
3.
Hasil/Dampak
Hasil
dari penerapan teknik peta konsep pada pemeelajaran bercerita di kelas VII/B
SMPN 2 Trawas sangat signifikan. Minat dan partisipasi aktif siswa dalam
pembelajaran menjadi meningkat begitu pula dengan kemampuan bercerita siswa.
C.
PENDUKUNG
Dalam pelaksanaan
teknik peta konsep pada pembelajaran bercerita di kelas VII/B SMPN 2 Trawas
mendapat dukungan penuh dari semua pihak yaitu dari kepala sekolah, guru mata
pelajaran bahasa Indonesia, guru-guru mata pelajaran lain, dan juga guru-guru
dari Forum MGMP Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Mojokerto. Sehingga hasil yang
diharapkan dapat tercapai dengan maksimal.
D.
KENDALA
Dalam pelaksanaan
teknik peta konsep pada pembelajaran bercerita di kelas VII/B SMPN 2 Trawas
terdapat beberapa kendala di antaranya yaitu 1) sarana dan prasarana yang
terbatas, labarotorium multimedia untuk pembuatan peta konsep tidak memenuhi
syarat karena hanya beberapa komputer saja yang bisa digunakan, 2) belum
memiliki aplikasi peta konsep (mind mapping) dari Buzan yang dapat mempermudah
dalam pembuatan peta konsep. Sehingga pembuatan peta konsep dilaksanakan secara
manual, dengan menggunakan kertas gambar dan pensil warna, 3) Keterbatasan jam
pembelajaran, jika hanya 2 jam pelajaran maka tidak semua siswa dapat
menunjukkan hasil kreatifitasnya, 4) Ruangan yang terlalu terang sehingga saat
presentasi gambar kurang jelas. 5) Belum mempunyai modul sendiri
E.
REKOMENDASI
Rekomendasi yang saya
sarankan kepada rekan-rekan guru yaitu 1) guru perlu mengubah paradima dalam pembelajaran
yaitu berpusat pada siswa, sehingga proses pembelajaran menjadi menyenangkan
dan meningkatkan minat dan partisipasi siswa, 2) kita harus memaksimalkan
Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk pembelajaran dengan Teknik “Peta
Konsep” sehingga proses pembelajaran lebih menarik dan mendapatkan hasil yang
memuaskan.
F.
PENUTUP
Best practice ini hanya merupakan bagian kecil dari apa yang telah
saya coba dan lakukan untuk meningkatkan
kemampuan bercerita siswa kelas VII/B SMPN 2 Trawas kabupaten Mojokerto. Meski masih jauh dari sempurna, namun tidak ada
salahnya
jika saya berharap best practice ini dapat menjadi bagian dari progresivitas
pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan
di sekolah.
G.
DAFTAR
PUSTAKA
Arsjad, Maidar G. dan Mukti. 1987.
Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Buzan, Tony. 2005. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia.
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hendrikus, P. Dori Wuwur. 1991. Retorika.Yogyakarta:
Kanisius.
Hernacki, Mike dan Bobbi Deporter. 2004. Quantum Learning. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Madya, Suwarsih.
2006. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. Bandung: Alfabeta.
Nurgiyantoro, Burhan.
2001. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta:
BPFE.
Prabowo, Ari. 2002.
Bagaimana sih
Bercerita yang
Baik?. Dalam
http://omahku.com/?l=en&id=8. Diunduh pada 18 Oktober 2016.
Silbermaan,
Mel. 2009.
Active Learning 101
Strategi Pembelajaran
Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani
Sudarmaji, dkk. 2010. Teknik Bercerita.
Yogyakarta: PT Kurnia Alam Semesta. Suharsimi, Arikunto
dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara.
Wassid, Iskandar dan Dadang Sunendar. 2008.
Strategi Pembelajaran
Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.
No comments:
Post a Comment