Wednesday, March 18, 2020

Best Praktis Peningkatan Kemampuan Bercerita Melalui Teknik Peta Konsep


PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITA
MELALUI TEKNIK PETA KONSEP

Best Practice Guru Mata Pelajaran dalam Kegiatan
Peningkatan Karier Blockgrand MGMP Bahasa Indonesia

Sri Winarni, S.Pd.
Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Trawas

A.                PENDAHULUAN
1.                  Latar Belakang
Pembelajaran bercerita dengan urutan yang baik di kelas VII/B SMPN 2 Trawas Mojokerto masih banyak mengalami kesulitan. Rata-rata siswa kurang bergairah dalam belajar, kurang antusias dengan materi bercerita, dan kurang percaya diri dalam menggunakan bahasa Indonesia karena mereka belum terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga suasana belajar menjadi kurang menyenangkan.
Penyebab ketidakberhasilan dalam proses pembelajaran bercerita dengan urutan yang baik di kelas VII/B SMPN 2 Trawas cukup banyak. Di antaranya yaitu karena dalam proses pembelajaran bercerita, guru belum menggunakan media yang tepat seperti media boneka jari, sate wayang, foto tokoh, gambar binatang, ataupun cuplikan film. Sehingga siswa menjadi pasif, bosan, kurang konsentrasi, dan ribut.
Penyebab lain yaitu karena guru belum menerapkan teknik pembelajaran yang tepat. Selama ini guru lebih menyukai teknik pembelajaran langsung. Guru lebih menguasai pembicaraan/dominan sementara siswa hanya terdiam. Kemampuan bercerita dengan urutan yang baik akan tercapai jika siswa sering berlatih dan mendapatkan penjelasan yang mendalam. Media pembelajaran dan teknik pembelajaran yang sesuai juga sangat menunjang keberhasilan siswa dalam bercerita. Salah satunya yaitu teknik peta konsep.
Dari sekian banyaknya teknik pembelajaran yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran bercerita yaitu teknik peta konsep. Sebuah teknik yang mendorong siswa untuk lebih meningkatkan inspirasinya sehingga terlahir kreasi-kreasi cemerlang, catatan yang sistematis, dan juga untuk menrencanakan program-program baru.
Teknik peta konsep dipilih karena mempunyai banyak keunggulan baik bagi siswa maupun bagi guru/peneliti. Keunggulan peta konsep bagi siswa yaitu (1) sebagai alternatif untuk membantu siswa dalam mengiterpretasikan pengetahuan yang diperoleh dan meningkatkan kemampuan mengingat sehingga proses belajar menjadi bermakna. (2) dapat meningkatkan keaktifan dan kreatifitas berfikir siswa, hal ini menimbulkan sikap kemandirian belajar yang lebih pada siswa. (3) mengembangkan  struktur kognitif yang terintegrasi dengan baik, yang akan memudahkan belajar. (4) dapat membantu siswa melihat makna materi pelajaran secara lebih komprehensif dalam setiap komponen konsep-konsep dan mengenali hubungan antara konsep-konsep.
Keunggulan bagi guru yaitu (1) pemetaan konsep dapat menolong guru mengorganisir seperangkat pengalaman belajar secara keseluruhan yang akan disajikan. (2) pemetaan konsep merupakan cara terbaik menghadirkan materi pelajaran, hal ini disebabkan peta konsep adalah alat belajar adalah alat belajar yang menimbulkan efek verbal bagi siswa karena siswa dengan mudah melihat, membaca dan mengerti makna yang diberikan. (3) pemetaan konsep menolong guru memilih aturan pengajaran berdasarkan kerangka kerja yang hierarki, hal ini mengingat banyak materi pelajaran yang disajikan dalam urutan acak. (4) membantu guru meningkatkan efiiensi dan efektifitas pengajarannya.
Dari sekian banyaknya teknik pembelajaran yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran bercerita yaitu teknik peta konsep. Sebuah teknik yang mendorong siswa untuk lebih meningkatkan inspirasinya sehingga terlahir kreasi-kreasi cemerlang, catatan yang sistematis, dan juga untuk merencanakan program-program baru.
2.                  Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dalam Penulisan Best Practice ini difokuskan pada masalah pemanfaatan teknik peta konsep pada materi bercerita yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.                  Bagaimanakah penerapan teknik peta konsep pada materi bercerita siswa kelas VII/B SMPN 2 Trawas Mojokerto semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017?
2.                  Bagaimanakah dampak/hasil belajar bercerita melalui teknik peta konsep pada siswa kelas VII/B SMPN 2 Trawas Mojokerto semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017?
3.                  Apa saja faktor pendukung keberhasilan teknik peta konsep dalam pembelajaran bercerita siswa kelas VII/B SMPN 2 Trawas Mojokerto semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017?
4.                  Kendala apa saja yang menghambat keberhasilan teknik peta konsep dalam pembelajaran bercerita siswa kelas VII/B SMPN 2 Trawas Mojokerto semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017?
3.                  Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan Best Practice yang berjudul “Penerapan Teknik Peta Konsep untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita” ini adalah sebagai berikut :
1)                 Mendeskripsikan penerapan teknik peta konsep pada materi bercerita siswa kelas VII/B SMPN 2 Trawas Mojokerto semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017.
2)                 Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar bercerita melalui teknik peta konsep pada siswa kelas VII/B SMPN 2 Trawas Mojokerto semester genap tahun pelajaran 2016/2017.
3)                 Mendeskripsikan faktor-faktor pendukung keberhasilan teknik peta konsep dalam pembelajaran bercerita siswa kelas VII/B SMPN 2 Trawas Mojokerto semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017.
4)                 Mendeskripsikan bebrapa kendala apa saja yang menghambat keberhasilan teknik peta konsep dalam pembelajaran bercerita siswa kelas VII/B SMPN 2 Trawas Mojokerto semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017.
4.                  Manfaat Penelitian
Hasil penulisan Best Practice yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Bercerita Melalui Teknik Peta Konsep” ini dapat memberikan manfaat kepada :
1)                  Guru/Peneliti dapat dijadikan sebagai masukan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran bercerita di kelas yang lain.
2)                  Siswa dapat  meningkatkan  kemampuan  menggunakan peta konsep dalam bercerita dengan suasana  belajar yang santai, menarik dan informal.
3)                  Peneliti lain dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian yang sejenis.
4)                  Kepala sekolah dapat dijadikan acuan dalam membuat kebijakan tentang peningkatan kualitas sekolah.
5.                  Definisi Istilah
Definisi istilah dalam penelitian ini diperlukan untuk menghindari kesalahan arti dan pemahaman bahasa.
1)                 Peningkatan adalah adanya perubahan menjadi lebih baik yang dapat diketahui dari hasil tes pada pra tindakan, siklus I ke siklus selanjutnya.
2)                 Hasil belajar adalah semua hal yang didapatkan oleh setiap orang berdasarkan pengetahuan belajarnya.
3)                 Bercerita adalah melisankan sebuah obyek yang menggambarkan prilaku atau sebuah peristiwa secara verbal sebagai upaya untuk mengembangkan daya nalar.
4)                 Peta konsep adalah sebuah teknik yang mendorong siswa untuk lebih meningkatkan inspirasinya sehingga terlahir kreasi-kreasi cemerlang, catatan yang sistematis, dan juga untuk merencanakan program-program baru.

B.                PEMBAHASAN HASIL BEST PRACTICE GURU MATA PELAJARAN
1.                  Kondisi Awal Siswa Kelas VII/B SMPN 2 Trawas
Saya melakukan observasi sebelum melaksanakan penelitian. Observasi bertujuan mengetahui kondisi awal siswa, baik proses pembelajaran maupun hasil keterampilan bercerita siswa kelas VII/B SMPN 2 Trawas Mojokerto. Hasil dari observasi saya digunakan untuk menentukan tindakan yang akan dilaksanakan ketika penelitian.
Setelah menganalisa hasil observasi, maka saya menyusun rencana pembelajaran (RPP) untuk kegiatan pratindakan. Kegiatan pratindakan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran atau 2x40 menit. Kegiatan pratindakan ini dilakukan pada tanggal 18 Oktober 2016  pukul 10:10 WIB dengan menggunakan metode penugasan langsung.
Pelaksanaan pratindakan berjalan cukup lancar, namun siswa terlihat kurang antusias dalam mengikuti pelajaran. Siswa kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan dari guru. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengisian angket pratindakan siswa yang menyatakan bahwa siswa yang aktif saat pembelajaran berlangsung hanya 19 siswa dari jumlah keseluruhan siswa (32 siswa) atau 59,38% yang aktif selama kegiatan pembelajaran.
Dalam pembelajaran bercerita, beberapa siswa yang duduk di kursi bagian depan terlihat memperhatikan guru, namun tidak sedikit siswa yang berbicara dengan temannya, bertopang dagu, dan beraktivitas sendiri. Berikut gambar aktivitas siswa pada tahap pratindakan.

Gambar 1 : Aktivitas siswa saat pembelajaran pada tahap awal tempat duduk masih belum diubah
Pada tahap awal ini siswa juga kurang antusias saat mendapat tugas dari guru untuk menuliskan cerita dalam buku. Siswa terlihat kurang antusias merangkai pokok-pokok cerita karena siswa kurang mempunyai ide dan bingung apa yang harus ditulis. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2 : Aktivitas Siswa yang Kurang Antusias Mengerjakan Tugas
Dengan melihat keadaan tersebut maka saya memberikan waktu selama 10-15 menit kepada siswa untuk mengingat-ingat cerita yang ingin mereka ceritakan. Hasilnya sungguh mengecewakan karena tidak ada satupun siswa yang bersedia maju bercerita walaupun sudah diberi kesempatan 15 menit. Siswa justru melakukan aksi saling tunjuk saat saya memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju bercerita. Oleh karena itu, saya mengambil alternatif menunjuk salah satu siswa yang saya anggap memiliki kepercayaan diri lebih kemudian siswa yang sudah maju harus memilih salah satu temannya untuk maju. Siswa kemudian maju satu persatu namun beberapa siswa masih terlihat kurang siap. Siswa hanya diam dan kesulitan untuk memulai bercerita. Guru kemudian membantu siswa dengan bertanya kepada siswa agar siswa tidak diam dan mampu bercerita. Terdapat siswa yang tidak bersedia maju bercerita walaupun sudah ditunjuk oleh temannya.
Sikap keberanian siswa saat bercerita pad pratindakan ini masih kurang, hal itu dapat diperkuat dari hasil pengamatan proses yang menyatakan bahwa siswa tidak berani bercerita di depan kelas sebanyak 6 siswa. Hasil pengisian angket siswa juga menunjukkan terdapat 17 atau 53,13% siswa tidak berani tampil di depan kelas. Siswa beralasan tidak berani bercerita karena siswa merasa belum siap, malu, grogi, dan belum ada ide, namun setelah dibujuk siswa berani bercerita walaupun sangat singkat dan ekspresi siswa belum muncul.
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil angket pada pratindakan, menunjukkan proses pembelajaran bercerita siswa masih kurang sehingga perlu alternatif untuk meningkatkan kemampuan bercerita. Salah satu usaha yang dapat digunakan adalah penerapan teknik pembelajaran yang tepat. Terkait dengan hal tersebut dalam angket sebagian besar siswa menyatakan perlu adanya teknik pembelajaran yang diharapkan dapat mendukung pembelajaran bercerita. Berdasarkan hasil angket yang diisi oleh siswa kelas VII/B sebesar 28 siswa atau 87,5% menyatakan perlu adanya teknik pembelajaran yang dapat mendukung keberhasilan bercerita.
2.                  Penerapan Teknik Peta Konsep
Berdasarkan survei awal yang telah saya lakukan dalam kegiatan pratindakan diketahui bahwa keterampilan bercerita siswa kelas VII/B SMPN 2 Trawas Mojokerto masih rendah. Oleh karena itu, saya berasumsi bahwa perlu dilakukan tindakan yang mampu mengatasi permasalahan tersebut. Setelah saya mengetahui kekurangan-kekurangan serta kelebihan kegiatan pembelajaran yang berlangsung pada saat pratindakan, maka saya mulai menyusun perencanaan pelaksanaan siklus pertama.
Adapun langkah kerja yang saya lakukan dalam penerapan teknik peta konsep pada pembelajaran bercerita pada siswa kelas VII/B SMPN 2 Trawas adalah sebagai berikut : (1) Pra Pembelajaran, hal yang saya lakukan dalam tahap ini yaitu ; a) menyiapkan contoh peta konsep sebagai referensi, b) menyusun RPP, c) membuat lembar kerja, d) menyusun rubrik penilaian, f) menyusun rubrik pengamatan. (2) Kegiatan Awal, dalam tahap ini meliputi kegiatan : a) salam, so’a & presensi, b) apresepsi, c) menjelaskan tujuan pembelajaran, d) menjelaskan tentang materi bercerita. (3) Kegiatan Inti, penerapan teknik peta konsep dilakukan pada tahap kegiatan ini, adapun kegiatannya yaitu, a) tanya jawab mengenai bercerita dan teknik peta  konsep, b) menjelaskan Teknik Peta Konsep melalui LCD, c) siswa menyusun peta konsep, d) siswa mengomentari temannya. (4) Kegiatan Akhir, pada tahap akhir seperti biasa saya melakukan : a) refleksi hasil pembelajaran, do’a, dan salam. Semua tahap berjalan dengan lancar dan berhasil dengan cukup memuaskan

3.                  Hasil/Dampak
Hasil dari penerapan teknik peta konsep pada pemeelajaran bercerita di kelas VII/B SMPN 2 Trawas sangat signifikan. Minat dan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran menjadi meningkat begitu pula dengan kemampuan bercerita siswa.
C.                PENDUKUNG
Dalam pelaksanaan teknik peta konsep pada pembelajaran bercerita di kelas VII/B SMPN 2 Trawas mendapat dukungan penuh dari semua pihak yaitu dari kepala sekolah, guru mata pelajaran bahasa Indonesia, guru-guru mata pelajaran lain, dan juga guru-guru dari Forum MGMP Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Mojokerto. Sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan maksimal.
D.                KENDALA
Dalam pelaksanaan teknik peta konsep pada pembelajaran bercerita di kelas VII/B SMPN 2 Trawas terdapat beberapa kendala di antaranya yaitu 1) sarana dan prasarana yang terbatas, labarotorium multimedia untuk pembuatan peta konsep tidak memenuhi syarat karena hanya beberapa komputer saja yang bisa digunakan, 2) belum memiliki aplikasi peta konsep (mind mapping) dari Buzan yang dapat mempermudah dalam pembuatan peta konsep. Sehingga pembuatan peta konsep dilaksanakan secara manual, dengan menggunakan kertas gambar dan pensil warna, 3) Keterbatasan jam pembelajaran, jika hanya 2 jam pelajaran maka tidak semua siswa dapat menunjukkan hasil kreatifitasnya, 4) Ruangan yang terlalu terang sehingga saat presentasi gambar kurang jelas. 5) Belum mempunyai modul sendiri
E.                 REKOMENDASI
Rekomendasi yang saya sarankan kepada rekan-rekan guru yaitu 1) guru perlu mengubah paradima dalam pembelajaran yaitu berpusat pada siswa, sehingga proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan meningkatkan minat dan partisipasi siswa, 2) kita harus memaksimalkan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk pembelajaran dengan Teknik “Peta Konsep” sehingga proses pembelajaran lebih menarik dan mendapatkan hasil yang memuaskan.
F.                 PENUTUP
Best practice ini hanya merupakan bagian kecil dari apa yang telah saya coba dan lakukan untuk meningkatkan kemampuan bercerita siswa kelas VII/B SMPN 2 Trawas kabupaten Mojokerto. Meski masih jauh dari sempurna, namun tidak ada salahnya jika saya berharap best practice ini dapat menjadi bagian dari progresivitas pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
G.                DAFTAR PUSTAKA
Arsjad,  Maidar  G. dan  Mukti.  1987.  Pembinaan  Kemampuan  Berbicara  Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Buzan, Tony. 2005. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia.
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hendrikus, P. Dori Wuwur. 1991. Retorika.Yogyakarta: Kanisius.
Hernacki, Mike dan Bobbi Deporter. 2004. Quantum Learning. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Madya, Suwarsih. 2006. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. Bandung: Alfabeta.
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.
Prabowo,     Ari.     2002.     Bagaimana     sih    Bercerita     yang     Baik?.     Dalam http://omahku.com/?l=en&id=8.  Diunduh pada 18 Oktober 2016.
Silbermaan,   Mel.   2009.   Active   Learning   101   Strategi   Pembelajaran   Aktif.  Yogyakarta: Pustaka Insan Madani
Sudarmaji, dkk. 2010. Teknik Bercerita. Yogyakarta: PT Kurnia Alam Semesta. Suharsimi, Arikunto dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara.
Wassid,  Iskandar  dan  Dadang  Sunendar.  2008.  Strategi  Pembelajaran  Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

No comments:

Post a Comment

Tutorial Pengelolaan Google Classroom